Menurutnya, kunci keberhasilan penyelenggaraan pertandingan bukan hanya di tangan wasit, tetapi juga bergantung pada kerja sama dari klub, pemain, dan ofisial tim.
“Kita juga membutuhkan kerja sama mereka. Jika kita bisa melakukan itu di lapangan, itu akan baik untuk kita semua,” tambah Ogawa.
Peluang Wasit Liga 2 dan Era VAR
Dalam keterangannya, Ogawa juga membuka peluang bagi wasit-wasit Liga 2 untuk naik kelas ke Super League, terutama bila mereka menunjukkan kualitas yang mumpuni.
“Karena Liga 2 juga akan menerapkan VAR, maka kondisinya sama. Jika kita menemukan wasit bagus di Liga 2, mengapa tidak kita bawa ke Liga 1?” katanya.
Pernyataan ini menjadi sinyal bahwa peningkatan kualitas wasit akan menjadi bagian penting dalam reformasi kompetisi nasional, terlebih di tengah meningkatnya tekanan terhadap integritas kepemimpinan wasit di lapangan.
Super League: Tekanan dan Ekspektasi Baru
Transformasi Liga 1 menjadi Super League menandai upaya pembaruan sistem dan citra kompetisi sepak bola profesional Indonesia.
Di balik nama baru ini, tersimpan ekspektasi besar dari publik dan federasi untuk penyelenggaraan yang lebih profesional, bersih, dan kompetitif.
Namun, seperti yang disampaikan Ogawa, profesionalisme itu tak hanya berhenti pada wasit.
Semua pihak di lapangan, dari pemain hingga manajemen klub, dituntut berperan aktif menjaga spirit fair play.
“Jika beberapa wasit masih tidak melihat adanya perbaikan, kita perlu berubah,” ujar Ogawa tegas, sekaligus memberi sinyal akan ada penyaringan ketat bagi mereka yang tak berkembang.






