“Pak Panca prihatin melihat wartawan yang tidak ada tempat di Polda Sumut. Beliau sangat respek dengan wartawan. Selama bertugas sebagai Kapolres hingga direktur penyidikan KPK dan Kapolda Sulawesi Utara, beliau sangat dekat dengan wartawan hingga akhirnya menjadi Kapolda Sumut dan mendirikan Balai Wartawan,” ujar Jos Tambunan.
“Sebenarnya pak Panca waktu itu menginginkan balai wartawan itu dekat dengan gedung utama, bukan dibelakang apalagi diluar dari Mapolda Sumut. Tapi karena lokasinya tidak ada lagi sehingga jadilah dibangun Balai Wartawan,” tambahnya.
Jos yang telah puluhan tahun menjadi wartawan di Polda Sumut itu menilai penggusuran Balai Wartawan sebagai bentuk kurangnya harmonisasi pimpinan Polda Sumut dengan para awak media.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikhawatirkan lambat laun wartawan tidak diperbolehkan masuk ke balai di lantai 2 Prana Cafe karena melewati penjagaan pintu 3 keluar PJU.
Dia menilai, jika pimpinan Polda Sumut berupaya meningkatkan usaha bisnis Bhayangkari alangkah baiknya dibangun gedung baru dilahan kosong dekat parkiran, yang mana lahan masih luas di Polda Sumut.
“Teman-teman wartawan banyak yang bertanya apakah Kapolda Sumut Irjen Whisnu mau atau peduli dengan tugas-tugas wartawan. Mereka melihat dalam setiap kesempatan kurang respek bahkan sepertinya bersikap pura-pura peduli,” ujarnya.
Penggusuran Balai Wartawan di Polda Sumut ini juga menuai keluhan dari jurnalis lainnya. Misalnya, Havez wartawan Waspada Online mengaku kecewa dengan kebijakan pimpinan Polda Sumut tersebut. Terlebih, lanjutnya, gedung peninggalan Komjen Pol RZ Panca Putra itu bertujuan mendukung kinerja wartawan dalam bermitra dengan kepolisian.
“Tetapi ini anehnya, kok gedung yang sudah diresmikan buat kawan-kawan wartawan malah dipindahkan,” keluhnya.
Penulis : Muchlis
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya