Demonstrasi Tandingan dan Ancaman Terorganisasi
Tak lama sebelum aksi itu digelar, muncul aksi demonstrasi tandingan oleh kelompok yang mengatasnamakan buruh PT TPL. Dalam orasinya, massa menuntut agar Delima Silalahi, bersama dua aktivis lainnya, Roganda Simanjutak dan Rocky Pasaribu, angkat kaki dari Tanah Batak.
Mereka juga mendesak pembubaran KSPPM dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak.
Selain intimidasi fisik, Delima mengaku mengalami serangan siber dalam bentuk pesan bernada ancaman serta kampanye hitam di media sosial yang diduga dilakukan secara sistematis.
“Kami melihat pola yang masif di media sosial. Tapi semua ini tidak membuat kami gentar,” kata Delima.
Hingga kini, KSPPM belum melaporkan insiden ini ke kepolisian. Organisasi lebih memilih memperkuat pengamanan internal dan konsolidasi jaringan pendukung.
Delima menegaskan bahwa gerakan menuntut penutupan PT TPL bukan inisiatif individu, melainkan bagian dari perjuangan kolektif masyarakat adat dan sipil untuk mempertahankan kelestarian Danau Toba. Ia menolak tunduk pada segala bentuk teror.
“Teror ini bukan akhir dari perjuangan, tapi justru menjadi penyemangat. Segala bentuk pembungkaman harus kita lawan bersama,” pungkasnya.












