Delima menduga, paket berisi bangkai itu merupakan bentuk intimidasi terhadap dirinya serta jaringan masyarakat sipil yang menuntut penutupan PT TPL. Ia menyebut teror ini berkaitan erat dengan aksi demonstrasi yang digelar Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM), bersama sejumlah organisasi lingkungan dan masyarakat adat, di Balige, pada Selasa, 27 Mei 2025.
“Kami menduga ini terkait dengan aktivitas dan tuntutan gerakan bersama. Ada pihak-pihak yang tidak senang dengan keberadaan kami,” ujar Delima, yang juga menjabat Direktur Eksekutif KSPPM dan merupakan penerima Goldman Environmental Prize 2023, penghargaan prestisius bagi pejuang lingkungan dunia.
Dalam aksi tersebut, massa menuntut penghentian operasi PT TPL yang dituding melakukan perusakan lingkungan dan perampasan tanah adat masyarakat di sekitar Danau Toba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Demonstrasi Tandingan dan Ancaman Terorganisasi
Tak lama sebelum aksi itu digelar, muncul aksi demonstrasi tandingan oleh kelompok yang mengatasnamakan buruh PT TPL. Dalam orasinya, massa menuntut agar Delima Silalahi, bersama dua aktivis lainnya, Roganda Simanjutak dan Rocky Pasaribu, angkat kaki dari Tanah Batak.
Penulis : Zei
Editor : Muchlis
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya