Topikseru.com – Aksi Kamisan Medan kembali memanaskan jantung Kota Medan. Kamis (9/10/2025), ratusan massa berpakaian serba hitam berbaris di titik nol kota, mengusung tema: “Pelanggaran HAM dan Praktik Kekerasan: Menolak Lupa, Pendidikan Pembebasan, dan Tanah Rakyat.”
Di bawah terik matahari sore, para peserta mengangkat payung hitam dan poster bertuliskan “Tanah untuk Rakyat, Bukan Korporasi!” hingga “MBG Bukan Solusi,” Aksi ini menjadi simbol perlawanan terhadap praktik ketidakadilan sosial yang dianggap masih terjadi di Sumatera Utara.
Tanah Dirampas, Petani Padang Halaban Berjuang Sejak 1965
Syahrul, salah satu peserta aksi, menyebutkan bahwa tragedi di Padang Halaban, Sumatera Utara, bukan sekadar konflik agraria biasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia menyebut peristiwa itu sebagai bagian dari genosida 1965 yang masih meninggalkan luka hingga hari ini.
“Di Padang Halaban terjadi genosida pada tahun 1965. Mereka dibunuh, tanah mereka dirampas karena dianggap PKI,” ujar Syahrul dengan lantang.
Wilayah yang dahulu menjadi ruang hidup petani itu kini beralih ke tangan korporasi besar. PT SMART disebut menerima Hak Guna Usaha (HGU) seluas 7.307 hektare pada 1997, menghapus jejak petani yang diusir dari tanah kelahirannya.
Kini, warga Padang Halaban terus berjuang mempertahankan ruang hidup dari ancaman penggusuran oleh perusahaan. “Ini bukan sekadar tanah, tapi hidup kami,” tambah Syahrul.
Pendidikan Mahal, Mahasiswa Kritis Soal UKT dan Dana Perusahaan
Tak hanya soal tanah, para peserta juga menggugat ketimpangan akses pendidikan. Adi Yoga Kemit, mahasiswa sekaligus orator Aksi Kamisan, menilai biaya kuliah semakin tidak masuk akal.
“Kampus-kampus menekan mahasiswa dengan UKT tinggi yang tidak manusiawi,” serunya.
Adi juga menyoroti kampus yang menerima dana hibah dari perusahaan perampas tanah dan perusak lingkungan.
“Mereka lupa, kampusnya didanai dari penderitaan rakyat,” tambahnya.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Dikritik: “Jangan Mau Dibodohi!”
Kritik pedas juga datang dari peserta aksi bernama Lusty. Dia menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang pemerintah sebagai solusi pendidikan hanyalah pencitraan.
Halaman : 1 2 Selanjutnya