Topikseru.com – Kota Medan kembali terendam banjir usai hujan deras mengguyur sejak Sabtu sore (11/10/2025) hingga dini hari Minggu (12/10/2025).
Curah hujan yang berlangsung lebih dari enam jam menyebabkan sejumlah sungai meluap, drainase tak sanggup menampung debit air, dan genangan meluas ke permukiman serta ruas-ruas jalan utama.
Hujan Tak Reda dari Sore hingga Tengah Malam
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hujan mulai turun sekitar pukul lima sore di hampir seluruh wilayah Kota Medan. Intensitasnya semakin meningkat menjelang malam hingga membuat banyak kawasan terendam pada pukul 20.00 WIB.
Hujan yang turun terus-menerus selama berjam-jam tanpa jeda menyebabkan air parit meluap dan merendam pemukiman warga.
Pantauan Topikseru.com di lapangan menunjukkan genangan muncul di sejumlah kawasan, mulai dari Jalan Gatot Subroto, Jalan Setia Budi, Jalan Dr Mansyur, hingga kawasan KH Wahid Hasyim dan Ringroad.
Air mulai menutup badan jalan, menyebabkan arus lalu lintas tersendat dan banyak pengendara terjebak di tengah genangan. Sejumlah kendaraan bahkan dilaporkan mogok karena mesin terendam air.
Situasi ini bertahan hingga pagi ini disejumlah titik. Meski sebagian genangan mulai berangsur surut menjelang Minggu pagi, beberapa kawasan lain justru masih terlihat genangan air dengan debit yang cukup besar.
Banjir Meluas ke Lima Kecamatan di Kota Medan
Selain Medan Selayang dan Medan Johor, banjir juga melanda beberapa wilayah lain seperti Medan Maimun, Medan Polonia, dan Medan Labuhan.
BPBD mencatat, sedikitnya 3.181 rumah di 17 kelurahan terdampak. Total warga yang terpengaruh mencapai 10.391 jiwa dari 3.599 kepala keluarga.
Di Kecamatan Medan Maimun, air merendam ratusan rumah di Kelurahan Sei Mati, Aur, Hamdan, Kampung Baru, dan Suka Raja. Ketinggian air di kawasan tersebut mencapai 50–100 sentimeter.
Sementara di Medan Polonia, air menggenangi Kelurahan Sari Rejo dan Polonia, dengan puluhan rumah terdampak.
Di Medan Labuhan, banjir disebabkan luapan parit besar yang menutup akses jalan di kawasan Pekan Labuhan dan Martubung.
Seluruh titik banjir ini umumnya berada di wilayah dengan kontur rendah atau di dekat aliran sungai. Debit air meningkat tajam sejak malam hingga dini hari sebelum mulai surut secara bertahap pada Minggu pagi.
Kepala Bidang Penanganan Darurat, Peralatan, dan Logistik BPBD Sumut Sri Wahyuni Pancasilawati mengatakan data tersebut bersifat sementara. “Kondisi terkini, berdasarkan laporan masih dalam penangan dan pendataan oleh pemerintah setempat,” jelas Sri Wahyuni, , dikutip dari Antara.
Drainase Tak Sanggup Tampung Debit Hujan
Salah satu penyebab utama meluasnya banjir kali ini adalah buruknya sistem drainase kota. Sejumlah parit besar di kawasan padat penduduk tersumbat oleh sedimen dan tumpukan sampah yang terbawa air hujan.
Akibatnya, air yang seharusnya mengalir ke sungai malah meluap ke badan jalan dan rumah warga.
Berdasarkan pantuan Topikseru.com, di beberapa kawasan seperti Dr Mansyur, Setia Budi, dan Gatot Subroto, sistem saluran U-Dict yang dipasang beberapa tahun lalu tidak mampu mengalirkan volume air hujan ekstrem.
Dalam pantauan lapangan juga menunjukkan bahwa genangan juga muncul di kawasan langganan banjir seperti Ringroad, KH Wahid Hasyim, Adam Malik, dan Amir Hamzah.
Banyak kendaraan, terutama roda dua, mogok di tengah jalan karena nekat melintas di area banjir.
Medan Kembali Diuji, Warga Harap Penanganan Serius
Banjir pada 11–12 Oktober 2025 menjadi salah satu yang paling luas dalam dua tahun terakhir di Kota Medan. Meski genangan kini mulai surut, jejak air masih terlihat di banyak permukiman.
Di sejumlah kawasan seperti Kwala Bekala, Beringin, dan Aur, lumpur menumpuk di halaman, sementara perabot rumah tangga rusak terendam air.
Warga berharap pemerintah tidak sekadar melakukan pembersihan sementara, tetapi benar-benar memperbaiki sistem drainase dan menata ulang aliran sungai agar banjir tidak terus berulang setiap musim hujan.
“Kalau tiap hujan deras kami harus siap-siap angkat barang, ya capek juga bang. Parit sudah sering dibersihkan warga, tapi airnya tetap nggak ke mana-mana,” kata Rosnita (42), warga Kelurahan Kwala Bekala, yang rumahnya terendam hingga sepinggang.
Hal senada disampaikan Andri Ginting (36), warga Jalan Dr Mansyur. Ia menilai proyek drainase yang ada belum mampu menampung air hujan dengan intensitas tinggi.
“Dulu waktu awal dipasang saluran U-Dict, kami pikirlah banjir bisa berkurang. Tapi kenyataannya kalau hujan lama sedikit, tetap sama saja. Air numpuk di depan rumah,” ujarnya.
Sementara itu, Eli (50), warga Medan Selayang, menilai banjir tahun ini menjadi bukti bahwa penataan kota masih lemah dan pemulihan banjir yang lama memberikan kesulitan tersendiri pada aktivitas warga.
“Saya punya beberapa kontrakan di gang rumah saya di pasar 3 ini, satu gang juga dengan saya, banjir ini jadi salah satu yg terparah, sampai pagi pukul 10.00 wib pun parit masih dalam airnya, dan masih meluap.” ucapnya pasrah.
Bagi sebagian warga, malam panjang di tengah hujan deras itu meninggalkan kesan pahit tentang kepanikan menyelamatkan anak-anak, mengganggu aktivitas pulang setelah kerja atau kegiatan, kehilangan barang, dan dinginnya air yang merendam rumah hingga dini hari.
Penulis : Mangara Wahyudi
Editor : Ari Tanjung