Scroll untuk baca artikel
Daerah

ASA Anak Penyintas Bencana: Sekolah Hancur, Anak-Anak Batang Toru Tetap Ikut Ujian dengan Baju Seadanya

×

ASA Anak Penyintas Bencana: Sekolah Hancur, Anak-Anak Batang Toru Tetap Ikut Ujian dengan Baju Seadanya

Sebarkan artikel ini
anak korban banjir Batang Toru
ASA Anak Korban Bencana : Sekolah Hancur, Buku dan pakain hilang diterjang banjir bandang. Topikseru.com/Ameq

“Kami siapkan semua alat tulis: buku, pulpen, apapun yang mereka butuhkan,” kata Gina.

Di ruang kelas darurat itu, tidak ada seragam putih merah. Yang ada adalah tekad. Tidak ada meja permanen. Hanya papan tulis, bangku pinjaman, dan doa agar anak-anak bisa tetap bersekolah meski dunia mereka berubah dalam semalam.

“Kami Butuh Seragam dan Perlengkapan Sekolah”

Dari luar gedung sekolah darurat, suara air sungai yang masih meninggi terdengar jelas. Di tengah situasi itu, seorang warga bernama Ertika, orang tua salah satu siswa, menyampaikan harapannya.

“Kami butuh bantuan. Baju sekolah, tas, alat tulis… apa saja. Agar semangat anak-anak ini tidak hilang,” ujarnya.

Hingga hari ini, sekitar 2.500 pengungsi dari Batang Toru masih bertahan di enam posko, dan ratusan lainnya yang mengungsi ke rumah kerabat. Sebagian besar dari mereka kehilangan rumah, dokumen, dan seluruh harta benda.

Baca Juga  Menteri LH Hanif Faisol Ungkap Kayu Gelondongan Longsor Batang Toru Berasal dari Aktivitas Ilegal, Bukan Faktor Alam

Di antara ribuan itu, ada 78 anak yang memilih tetap datang mengikuti ujian, seolah memberi pesan kepada dunia bahwa meski mereka korban bencana, mereka tidak ingin menjadi korban dari masa depan yang terputus.

Perlu Dukungan Psikologis dan Logistik

Pemerhati pendidikan dan relawan kebencanaan menyebut bahwa situasi di Batang Toru menunjukkan pentingnya dukungan psikososial dan pemulihan pendidikan darurat.

Anak-anak membutuhkan ruang aman, perlengkapan belajar, serta kesempatan untuk melanjutkan rutinitas sekolah sebagai bentuk pemulihan mental.

Karena dalam setiap bencana, yang hancur bukan hanya bangunan, tapi juga rasa aman. Dan pendidikan sering menjadi jembatan untuk membangun itu kembali.