Ihsan, seorang dari antara peserta mengatakan, OU Fest mengajarkan banyak hal. Salah satu yang paling membekas adalah pemahaman tentang bagaimana upaya evakuasi orangutan yang menjadi korban konflik.
“Saya bisa mendapatkan pemahaman tentang penyelamatan orangutan. Saya berharap, acara seperti ini bisa terus dilakukan secara rutin,” katanya.
Sementara Sakura, pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia Tapanuli Selatan mengaku mendapat kesan mendalam saat mengikuti OU Fest. Sebagai siswi yang punya hobi menulis, dia mendapatkan inspirasi baru. Dia ingin, hobinya itu bisa menjadi bagian dari upaya konservasi orangutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini menjad inspirasi dan semangat baru. Kami jadi lebih menyadari akan pentingnya alam. Khususnya orangutan sebagai satwa terancam punah,” kata Sakura.
OU Fest sendiri diinisiasi oleh YOSL-OIC sebagai organisasi yang selama ini menaruh konsentrasi pada perlindungan orangutan. Acara ini dilaksanakan oleh Sahabat Alam Lestari Indonesia (SALI) yang didukung oleh banyak lembaga dan kolaborator; KEHATI, The Body Shop, Konservasi Indonesia dan Voice of Forest. (Topikseru.com)
Editor: Muklis
Halaman : 1 2