Hanya mengandalkan KTH Mandiri Lestari dan PTAR secara penuh menjaga kawasan berluasan puluhan hektar itu tentu bukan pilihan tepat. Kisman tak menampik, dukungan berbagai pihak sangat dibutuhkan.
“Harapan kita ada tim kontrol untuk mencegah agar jangan ada aktifitas dulu di kawasan yang sedang dalam proses penanaman. Nah, kita juga berharap ada dukungan terkait pengawasan. Karena kerapnya penebangan,” pungkas Kisman.
Tidak itu saja, Kisman juga menaruh harapan berkembangnya pengelolaan Mangrove di kawasan itu di masa depan. Misalnya soal menghadirkan aktifitas wisata kepada para pengunjung.
“Betul-betul maunya jadi kunjungan wisata, yang dari pantai sana bisa datang kemari, apalagi wisatawan yang cinta mangrove, karena mangrove inilah kulkas bumi,” katanya.
Sedang Persiapkan 30 Ribu Bibit
Puas dalam obrolan, kapal lantas bergerak menuju kembali ke daratan. Hutan Mangrove disini memang memesona dan layak untuk dijaga dengan beragam alasan yang kuat: keindahan, kenyamanan, fungsi alami dan alasan-alasan lain yang sejatinya diberi cuma-cuma oleh semesta.
Tak lama, kapal bersandar di pelabuhan kecil, yang menjadi pusat pembibitan Mangrove. Terdapat 2 pondok yang sengaja dibangun dengan dukungan PTAR. 1 pondok berada di tepian air, yang dindingnya dipajang tulisan terkait larangan merusak Mangrove. Bangunan lainnya menjadi tempat tinggal seorang anggota kelompok yang bertugas menjaga lokasi pembibitan.

Menurut Kisman, saat ini sebanyak 30 ribu bibit sedang dipersiapkan untuk selanjutnya ditanam di beberapa titik. Bibit-bibit itu dipersiapkan selama 2 bulan sebelum penanaman. Meski, ada juga bibit yang sengaja dibiarkan tumbuh tinggi yang peruntukannya di lokasi tanam yang memiliki ketinggian air 1 meter.
“Soal perawatan, dijaga dari terik, kemudian lokasi disesuaikan dengan kawasan pasang surut. Dan kadang ada tim dari PTAR yang juga datang untuk mengecek bibit,” kata Kisman.
Luas Hutan Mangrove yang Direhabilitasi Mencapai 29 Hektar
Junior Supervisor Environtment Biodiversity PTAR, Mutia Rahmawati menyebut total sebanyak 90 ribu bibit Mangrove akan di tanam di kawasan konservasi tersebut.

Sementara total luasan hutan Mangrove yang di rehabilitasi mencapai 29 hektar. Dengan rincian, sebanyak 10 hektar telah ditanam pada tahun 2023. Sementara tahun ini penanaman di luasan 19 hektar.
“Tahun ini 14 hektar sudah ditanam, dan rencana menargetkan 5 hektar lagi di tahun ini,” kata Mutia.
Beragam Konsep Pengembangan
Perempuan berkacamata ini menuturkan, menjadikan Muara Kalangan sebagai lokasi program rehabilitasi Mangrove merupakan inisiatif PTAR. Secara bersamaan, pihaknya bertemu dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Mandiri Lestari yang memang aktif dalam mengkonservasi Mangrove.
Mutia mengaku apresiatif dengan progres program di lokasi itu. Karenanya, ia menyebut akan terbuka peluang untuk mengembangkan kawasan tersebut. Misalnya seperti harapan KTH tentang konsep ekowisata. Dengan konsep itu, masyarakat dapat terlibat dan mendorong peningkatan ekonomi.
“Untuk sementara fokusnya direhabilitasi dulu area Mangrove-nya. Soal kapan ekowisata itu dapat terwujud, mungkin dalam jangka panjang,” ucap Mutia.

Selain ekowisata, ia menyebut kawasan itu juga berpotensi menjadi lokasi riset. Bahkan, kata Mutia, kawasan tersebut menjadi lokasi riset Biota Akuatik oleh Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Untuk akuatik biota, ditemukan memang banyak jenis ikan disini, dan itu menjadi indikator masih sehatnya ekosistem disini,” imbuh Mutia.
Konsep Pengembangan Kedepan Jadi Kunci
Pegiat Mangrove Wibi Nugraha mengapresiasi upaya pelestarian Mangrove yang dilakukan KTH Mandiri Lestari binaan PTAR. Wibi yang juga pernah hadir saat penanaman Mangrove perdana tahun 2023 ke lokasi ini menyebut, kawasan tersebut menyimpan keindahan yang menakjubkan.
Karenanya, penerima Wana Lestari dan sejumlah penghargaan dalam dunia lingkungan ini menuturkan pentingnya konsep pengembangan kedepan untuk kawasan tersebut.
Sepemikiran dengan PTAR dan KTH, konsep ekowisata dan wisata edukasi agaknya menjadi pilihan tepat. Menurut pria berdarah bugis ini, tinggal memikirkan penguatan sarana prasarana serta pelibatan masyarakat.
“Melibatkan kelompok tani warga sekitar bagiku adalah sebuah keharusan. Bekali kelompok dengan pelatihan-pelatihan dari narasumber yang memang paham tentang Mangrove,” kata Wibi.
Sementara itu, soal peluang menghadirkan jenis Mangrove lainnya di kawasan tersebut, Wibi mengaku sangat memungkinkan. Tidak saja saja Nipah dan Rhizophora.
“Bukan hanya Nipah dan Rhizophora. Rhizophora ada tiga jenis. Jika airnya asin ada jenis mangrove mampu berkembang di kawasan air asin, jika airnya payau malah lebih banyak yang bisa berkembang di sana,” utur Wibi.












