Mengunjungi Museum Fansuri di Desa Jago-jago

Jumat, 8 November 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Museum Fansuri di Desa Jago-jago. Foto: Topikseru.com/ Jasman Julius

Museum Fansuri di Desa Jago-jago. Foto: Topikseru.com/ Jasman Julius

TOPIKSERU.COM, TAPTENG – Terletak di pesisir pantai barat, tepatnya di Kampung Bahari Nusantara, Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah. Di sini, Museum Fansuri berdiri megah.

Sultanate Institute, lembaga penelitian dalam naungan PT Media Literasi Nesia milik Abu Bakar Said, mendirikan Museum tersebut.

Saat dikunjungi Topikseru.com, belum lama ini, seorang penjaga museum, Abbas Tanjung (47) menyebut museum tersebut diresmikan 23 Mei 2023. Kala itu Elfin Elyas Nainggolan masih menjabat sebagai Pj Bupati Tapanuli Tengah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Dan baru beroperasi pada bulan sepuluh (Oktober-red) tahun yang sama,” ucap Abbas.

Ia menjelaskan, barang-barang peninggalan sejarah ini berasal dari kawasan yang tidak jauh dari museum: bernama Bongal.

“Barang yang dipajang ini kebanyakan kita beli dari masyarakat yang melakukan penggalian di Situs Bongal,” ujarnya.

Pengunjung Museum Terbilang Ramai

Tampak dalam museum, sejumlah barang peninggalan sejarah yang berumur ratusan tahun. Di antaranya pecahan keramik, kaca, alat-alat kesehatan, kemudi kapal dan masih banyak lainnya. Jumlahnya ratusan jenis.

Abbas, pria berkulit hitam manis ini menceritakan, jumlah kunjungan rata-rata 40 sampai 50 orang perhari. Pengunjung tidak dikutip tiket masuk, cuma kerelaan aja.

“Yang datang kemari kebanyakan anak sekolah dan mahasiswa, memang tujuan berdirinya museum ini sebenarnya untuk edukasi,” ucap Abbas.

Pentingnya Kolaborasi Lintas Pihak Memajukan Museum

Terpisah, Kepala Desa Jago-jago, Laila Fitri Purba mengaku keberadaan museum Fansuri agaknya membutuhkan kolaborasi bersama.

Baca Juga  Makna Lagu Bernadya 'Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan': Menghargai Setiap Proses Kehidupan

Kendati saat ini, belum ada kerjasama yang terjalin antara Desa dan pengelola museum.

“Untuk kerjasama tidak ada karena museum itu berdiri dengan pembiayaan pribadi dan di tanah milik pribadi Abu Bakar Said,” ucap Kades.

Ia mengaku, pihaknya berharap besar pada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Pemerintah Pusat, agar kawasan Bongal diambil alih untuk kepentingan penelitian.

“Nilai sejarahnya tinggi, dan peradabannya menurut cerita para peneliti yang pernah melakukan ekspansi, lebih tua dari Barus, namun masih perlu pembuktian,” terang Fitri.

Ia juga menginginkan agar museum Fansuri, mampu memberi pendapatan buat Desanya.

“Kunjungan kemari banyak tapi kita tidak dapat apa-apa, sebab belum ada kerjasama dengan Dinas Pariwisata Tapteng,” imbuhnya.

Penggalian Barang Peninggalan Sejarah Masih Terjadi

Fitri menuturkan, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa soal penggalian dan pengambilan barang-barang peninggalan sejarah yang ada di Situs Bongal.

“Bagaimana bisa kita larang, mereka menggali di tanah milik mereka sendiri,” ungkapnya.

Meski, Fitri mengaku sudah sering memberi sosialisasi. Bahkan bersama Polsek, Babinsa dan aparat desa lainnya, agar masyarakat jangan lagi melakukan penggalian.

“Mereka melakukannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan di tanah mereka sendiri,” kata Fitri.

Penulis : Jasman Julius

Editor : Damai Mendrofa

Follow WhatsApp Channel topikseru.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

81 Siswa SMPN 1 Laguboti Diduga Keracunan Makan Bergizi Gratis, Bobby Nasution Pastikan Semua Sudah Sehat
Diduga Sopir Mengantuk, Bus ALS Medan–Padang Tabrak Warung Warga di Labusel, 5 Luka-Luka
Kelompok Tani Hutan di Langkat Diintimidasi Diduga oleh Aparat TNI, WALHI Sumut Angkat Bicara!
Bus ALS Medan–Padang Tabrak Empat Warung dan Terbalik di Labuhan Batu Selatan, Sopir Kabur!
Kombat Ultimatum Garuda Indonesia & Avsec Kualanamu, Siap Kerahkan Ribuan Massa Jika Tak Minta Maaf
“Habis Asap Terbitlah Sawit”, Komunitas Nonblok Sikukeluang Sindir Perkebunan Sawit Lewat Instalasi Plastik di Medan
Nonblok Ekosistem Ubah Limbah Plastik Jadi Karya Seni: Gerakan “Operasi Asoy” Anak Muda Riau Melawan Sampah
Lurah Perintis dan Warga yang Dorong ke Parit Akhirnya Damai, Wali Kota Medan Angkat Bicara

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 11:04

81 Siswa SMPN 1 Laguboti Diduga Keracunan Makan Bergizi Gratis, Bobby Nasution Pastikan Semua Sudah Sehat

Selasa, 21 Oktober 2025 - 18:14

Diduga Sopir Mengantuk, Bus ALS Medan–Padang Tabrak Warung Warga di Labusel, 5 Luka-Luka

Selasa, 21 Oktober 2025 - 17:06

Kelompok Tani Hutan di Langkat Diintimidasi Diduga oleh Aparat TNI, WALHI Sumut Angkat Bicara!

Selasa, 21 Oktober 2025 - 16:16

Bus ALS Medan–Padang Tabrak Empat Warung dan Terbalik di Labuhan Batu Selatan, Sopir Kabur!

Senin, 20 Oktober 2025 - 16:32

Kombat Ultimatum Garuda Indonesia & Avsec Kualanamu, Siap Kerahkan Ribuan Massa Jika Tak Minta Maaf

Berita Terbaru