“Beberapa bulan lalu panen cabai merah sempat tinggi harganya, tapi kemudian diserang ulat sehingga banyak yang rusak,” ujarnya.
Permasalahan lain yang dihadapi adalah keterbatasan lahan dan akses pasar. Meskipun produksi relatif kecil, Sariadi berhasil menjual sebagian hasil panen langsung ke tetangga dan warung sekitar serta memasok sedikit ke pasar tradisional di lingkungan kampus. Ia juga menerima pesanan lewat sistem preorder.
Petani Kota sebagai Sumber Ketahanan Pangan Lokal
Praktik bertani di pekarangan rumah seperti yang dijalankan Sariadi mendapat perhatian karena membantu ketahanan pangan keluarga dan menambah penghasilan rumah tangga.
Di tengah tekanan inflasi dan kenaikan harga pangan, kebun skala rumah tangga dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan sayur sehari-hari.
Pengamat pertanian perkotaan menilai, skema pertanian semacam ini layak didorong melalui program pelatihan teknis, pemberian akses permodalan mikro, serta dukungan penyuluhan untuk pengendalian hama dan perbaikan manajemen produksi.
Dengan pembinaan yang tepat, produktivitas lahan sempit bisa meningkat dan memberi kontribusi nyata bagi ekonomi keluarga.
Harapan
Sariadi berharap ada dukungan dari pemerintah setempat dalam bentuk akses pupuk subsidi, penyuluhan teknis, dan pelatihan pemasaran agar petani kota lebih produktif dan tahan terhadap serangan hama.
Kisah Sariadi menunjukkan bahwa lahan kecil di perkotaan bukan hambatan mutlak bagi produksi pangan.
Dengan strategi tanam yang tepat, manajemen yang baik, dan dukungan kebijakan, pertanian perkotaan dapat menjadi penghasilan alternatif sekaligus penopang ketahanan pangan lokal.






