Topikseru.com – Pemerintah pusat mulai memetakan akar persoalan banjir besar yang melanda Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, menyebut setidaknya ada tiga faktor utama yang memperparah bencana tersebut.
Temuan awal itu disampaikan Menteri Hanif usai melakukan inspeksi lapangan dan pemantauan udara di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru.
“Kami mengidentifikasi sedikitnya tiga sumber utama yang memperparah banjir,” ujar Hanif dalam keterangan resmi yang diterima di Medan, Sabtu (6/12/2025).
3 Aktivitas Utama yang Memicu Banjir Tapanuli Selatan
Hanif menjelaskan tiga aktivitas besar yang terbukti memberikan dampak signifikan terhadap penurunan daya dukung lingkungan di kawasan hulu DAS Batang Toru:
1. Kegiatan Hutan Tanaman Industri (HTI)
Pembukaan lahan skala besar untuk HTI membuat area resapan air semakin berkurang. Topografi yang berubah mempercepat laju limpasan air saat hujan lebat.
2. Proyek Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Konstruksi dan aktivitas pendukung PLTA dinilai mengubah struktur tanah di lereng dan hulu sungai. Hal ini meningkatkan risiko longsor sekaligus memperbesar debit air yang turun ke kawasan hilir.
3. Aktivitas Penambangan Emas di DAS Batang Toru
Pertambangan emas di aliran sungai, baik legal maupun ilegal, mengganggu stabilitas tanah dan mempersempit aliran sungai. Akibatnya, volume air yang seharusnya tertampung menjadi meluap saat curah hujan ekstrem.
“Semua ini memberi kontribusi besar terhadap tekanan lingkungan,” tegas Hanif.
Hulu DAS Batang Toru dalam Tekanan Serius
Selain aktivitas industri dan tambang, Menteri Hanif menjelaskan bahwa kawasan hulu kini didominasi hamparan lahan pertanian, baik lahan basah maupun lahan kering. Dominasi ini mempengaruhi kemampuan tanah menyerap air hujan.












