Topikseru.com – Aktivis lingkungan sekaligus pendiri Yayasan Kalaweit, Chanee Kalaweit, akhirnya buka suara mengenai tekanan yang ia alami selama hampir satu dekade.
Chanee mengungkap bahwa dirinya sempat 9 tahun dilarang bicara lantang soal isu konservasi, termasuk kondisi kawasan hutan yang rusak dan tidak direklamasi.
Pengakuan itu disampaikan Chanee usai bertemu Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli, dalam sebuah diskusi intensif terkait strategi perlindungan kawasan konservasi. Pertemuan tersebut disebut menjadi titik balik baru dalam hubungan antara organisasi nirlaba dan pemerintah.
Bawa Menteri Lihat Kerusakan Hutan dari Pesawat Kecil
Dalam pertemuan tersebut, Chanee mengajak Raja Juli melakukan peninjauan udara menggunakan pesawat ringan. Dari udara, sang menteri diperlihatkan kondisi riil sejumlah kawasan yang rusak parah akibat:
- Tambang batu bara yang tidak direklamasi
- Ekspansi kebun kelapa sawit
- Lahan-lahan kritis yang dibiarkan terbuka
Menurut Chanee, pendekatan pengawasan hutan melalui pesawat kecil jauh lebih efektif untuk melihat kerusakan yang sulit dijangkau lewat jalur darat.
Optimisme Baru antara NGO dan Pemerintah
Chanee menyebut dialog dengan Raja Juli membawa harapan baru. Ia merasakan adanya ruang komunikasi yang lebih sehat antara pemerintah dan organisasi lingkungan.
“Pertemuan ini menimbulkan optimisme. NGO bukan hanya tugasnya teriak, tapi juga memberi saran, solusi, dan masukan yang konkret,” ujar Chanee.








