Hal ini ditunjukkan dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan termaktub dalam Sahih Bukhari juz 3 halaman 1053:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ لِلنَّبِيِّ ﷺ نَاقَةٌ تُسَمَّى الْعَضْبَاءَ، لَا تُسْبَقُ، قَالَ حَمِيدٌ: أَوْ لَا تَكَادُ تُسْبَقُ فَجَاءَ أَعْرَابِي عَلَى قَعُودٍ فَسَبَقَهَا فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى المُسْلِمِينَ حَتَّى عَرَفَهُ، فَقَالَ: حَقَّ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يَرْتَفِعَ شَيْءٌ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا وَضَعَهُ
Artinya: ”Nabi SAW memiliki seekor unta yang bernama Al-‘Adhba’. Unta tersebut tidak pernah terkalahkan dalam lomba. Hamid berkata: atau hampir tidak pernah terkalahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lalu datang seorang Arab Badui dengan untanya yang kecil (unta betina tunggangan biasa), dan ternyata ia berhasil mengalahkan unta Nabi SAW. Hal itu membuat kaum Muslimin merasa sedih.
Ketika Rasulullah SAW mengetahui hal itu, beliau bersabda: “Sudah menjadi ketetapan Allah, bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang naik (tinggi), melainkan Allah pasti akan merendahkannya.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Kekalahan unta Nabi ini mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan dunia ini penuh dengan ketidakpastian dan senantiasa mengalami perubahan.
Ketika kita sedang berada dalam masa kejayaan dan menerima berbagai kenikmatan, kita perlu menyadari bahwa kondisi tersebut tidak akan berlangsung selamanya.
Suatu saat, kita mungkin akan menghadapi masa sulit. Demikian pula, ketika menjalani fase paling kelam dalam hidup, yakinlah bahwa keadaan itu tidak akan menetap selamanya.
Akan datang saat di mana kita bangkit dan kembali meraih keberhasilan. Seperti gelombang yang datang silih berganti, kondisi naik-turun dalam kehidupan ini justru mengajarkan banyak hal tentang kesabaran, ketekunan, dan harapan.
Dalam Islam, setiap perubahan keadaan harus kita sikapi dengan tawakal dan husnuzan (berprasangka baik) kepada Allah SWT.
Sejatinya, setiap musibah atau nikmat membawa pesan ilahi yang hanya dapat dipahami oleh hati yang jernih dan penuh kesadaran spiritual. Kita harus senantiasa syukur saat mendapatkan nikmat dan sabar saat menghadapi cobaan.
Oleh karena itu, bulan Muharram menjadi momen penting untuk merenungi perjalanan hidup, memperbarui niat, dan memperkuat optimisme.
Muharram memberi ruang kepada kita untuk kembali menata hati dan menyadari bahwa fluktuasi kehidupan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan kita di dunia.
Yakinlah, Allah senantiasa memberi yang terbaik kepada kita. Ketika kita menghadapi sebuah masalah dan cobaan, semua itu sudah disesuaikan dengan kemampuan kita.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya