Imam Ath-Thabari dalam Tafsir Jami’ul Bayan juz 21 halaman 363 menjelaskan bahwa ayat ini merupakan perintah tegas untuk menyadari bahwa keimananlah yang menjadi dasar utama persaudaraan di antara umat Islam.
Maka, ketika dua orang atau kelompok beriman berselisih, wajib bagi yang lain untuk mendamaikan keduanya demi menjaga ikatan ukhuwah tersebut. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, Ukhuwah bukan hanya slogan atau simbol, tetapi ia adalah akhlak dan tindakan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan ukhuwah dalam sabdanya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا، وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
Artinya, “Seorang mukmin bagi mukmin yang lain seperti bangunan yang saling menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikan bagaimana Rasulullah tidak hanya menjelaskan ukhuwah dengan kata-kata, tetapi juga dengan isyarat menyatukan jari-jemari beliau.
Ini menunjukkan bahwa hubungan ukhuwah harus kokoh, saling menopang, dan tidak boleh terputus hanya karena persoalan dunia yang fana.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (juz 1 halaman 12), Rasulullah bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya, “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Al-Bukhari)
Betapa indahnya ajaran Islam, yang menuntut kita untuk memiliki empati, menanggalkan ego, dan mengedepankan cinta kasih atas dasar iman.
Imam al Ghazali dalam Ihya Ulumiddin juz 2 halaman 208 menyatakan bahwa hadits yang tadi khatib baca merupakan fondasi akhlak dalam berukhuwah.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya