Melalui perkembangan teknologi internet, dengan media sosial sebagai pirantinya, kita dengan mudah bisa menyaksikan fenomena yang ironis sekaligus memprihatinkan.
Saat ini banyak orang yang justru bangga dengan dosa-dosa yang mereka lakukan.
Bukan hanya melanggar perintah agama secara pribadi, tetapi justru dengan percaya diri memamerkannya di ruang publik, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seolah dosa bukan lagi aib yang harus disembunyikan dan disesali, melainkan pencapaian atau ekspresi kebebasan yang layak dipuji. Naudzubillah min dzalik.
Fenomena ini sangat mudah ditemukan di antaranya terang-terangan menunjukkan gaya hidup hedonis, minum minuman keras, berjudi, berzina, membuka aurat, menjadikan agama sebagai lelucon, atau berperilaku menyimpang dari ajaran agama.
Tak sedikit pula yang menjadikan dosa sebagai bahan candaan, hiburan, bahkan sumber penghasilan melalui konten.
Lebih parah lagi, orang yang menegur justru dianggap kolot, fanatik, atau sok suci. Dalam ayat lain yakni surat An-Nur ayat 19, Allah juga berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang senang atas tersebarnya (berita bohong) yang sangat keji itu di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang sangat pedih di dunia dan di akhirat. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
“Kita perlu sadari dalam Islam, memamerkan dosa secara terang-terangan adalah perbuatan yang sangat tercela. Rasulullah telah mengingatkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا
المُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنَ المُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَيَقُولَ: يَا فُلاَنُ، عَمِلْتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
Artinya: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Semua umatku dimaafkan kecuali yang berbuat dosa terang-terangan. Sungguh, termasuk berbuat dosa terang-terangan ialah seseorang berbuat dosa di malam hari, sementara Allah telah menutupinya, namun keesokan harinya ia malah bercerita, ‘Wahai fulan, tadi malam aku melakukan ini dan itu.’ Padahal, Tuhannya telah menutupinya di malam harinya, tetapi pada pagi harinya ia justru membuka apa yang telah Allah tutup.” (HR Muttafaq ‘alaihi)
Dalam hadits ini, Rasulullah menegaskan bahwa dosa yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi masih bisa mendapat ampunan Allah, tetapi orang yang bangga dan sengaja menunjukkan dosa-dosanya telah membuka aib sendiri dan menantang murka Allah.
Naudzubillah min dzalik. Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah, Melihat fenomena ini, mari kita jauhi perilaku merasa tak bersalah saat melakukan dosa terlebih secara terang-terangan dan bangga menampilkan maksiat di depan umum.
Tindakan ini bisa mendatangkan dosa-dosa berlapis di antaranya doa dari maksiat itu sendiri.
Selain itu, perbuatan tersebut juga mendapatkan dosa dari menyebarkan maksiat secara terbuka atau disebut dengan dosa mujahirah.
Ini adalah bentuk pelanggaran tambahan karena tidak merasa malu kepada Allah.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya