Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Menguak Risiko di Balik Aplikasi Open BO: Sensasi Sesaat, Jerat Panjang

×

Menguak Risiko di Balik Aplikasi Open BO: Sensasi Sesaat, Jerat Panjang

Sebarkan artikel ini
aplikasi open bo
Ilustrasi - Aplikasi open BO

Sekilas tampak sebagai ruang pertemanan, nyatanya sebagian aplikasi ini jadi jalur sunyi transaksi seks kilat.

Berikut 5 aplikasi Open BO yang Sering Digunakan Berdasarkan Penelusuran di Lapangan

Peringatan: Artikel ini bertujuan edukasi agar pembaca waspada, bukan sebagai panduan melakukan transaksi ilegal.

1. Telegram

Telegram jadi salah satu aplikasi chat yang sering disebut dalam praktik Open BO. Fitur channel dan grup publik Telegram sering disalahgunakan untuk memajang katalog pekerja seks dengan nama samaran.

Modusnya, perekrut atau mucikari membuka channel berbayar dengan sistem screening. Begitu lolos, pelanggan diberi akses nomor kontak.

Telegram terkenal ‘ramah’ bagi akun anonim, inilah yang membuatnya digemari para pelaku prostitusi daring.

2. MiChat

MiChat awalnya aplikasi chat biasa. Tapi, di banyak kota besar Indonesia, MiChat kerap jadi sorotan polisi karena disalahgunakan jadi pasar prostitusi online.

Fitur “Orang Sekitar” memudahkan pengguna melihat akun terdekat – celah ini kemudian dipakai untuk menawarkan jasa seks dengan kode tertentu.

Polisi beberapa kali menggerebek hotel yang terbukti memfasilitasi transaksi via MiChat.

3. WhatsApp

Mungkin tak disangka, WhatsApp pun sering digunakan untuk Booking Order. Modusnya: nomor kontak Open BO diedarkan lewat grup tertutup, forum online, atau akun media sosial palsu. Setelah sepakat lewat chat WA, pembayaran dan lokasi ‘kencan’ diatur secara privat.

Karena WhatsApp terenkripsi end-to-end, transaksi prostitusi ilegal kian sulit dilacak jika tak diadukan korban atau saksi.

4. Twitter / X

Twitter (sekarang X) sejak dulu menjadi tempat ‘etalase’ prostitusi online. Pelaku memanfaatkan fitur cuitan terbuka dan DM untuk promosi jasa, memajang foto setengah vulgar, hingga mencantumkan tarif.

Biasanya, pelaku mencantumkan kata kunci atau hashtag “Open BO” agar mudah dicari.

Twitter menjadi pintu awal, lalu transaksi berlanjut ke WhatsApp atau Telegram.

5. BeeTalk (Masih Diburu, Meski Redup)

BeeTalk pernah jadi primadona aplikasi Open BO di era 2010-an. Meski pamornya redup, beberapa pengguna masih mengandalkan aplikasi ini karena fitur look around mirip MiChat. Pelaku bisa mencari orang terdekat, lalu membuka obrolan privat.

BeeTalk sempat jadi sasaran razia digital karena banyak kasus prostitusi remaja bermula dari sini.

Sensasi yang Berujung Jeruji

Aplikasi Open BO memang menjanjikan sensasi kilat, tapi risiko hukumnya nyata. UU ITE, KUHP, hingga UU TPPO siap menjerat siapa saja yang terlibat – baik pengguna, perekrut, maupun admin platform.

Bukan hanya itu, rekam jejak digital dan risiko kesehatan bisa menghantui di kemudian hari.

Sebelum tergoda, ingat bahwa praktik Open BO bukan hanya soal moral, tetapi juga pelanggaran hukum serius.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *