topikseru.com – Khutbah Jumat 1 Juli 2025: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme di mana di era modern ini, kesenangan dan kenikmatan duniawi sering kali menjadi prioritas utama.
Gaya hidup yang serba hedonis, yang selalu mengutamakan kepuasan yang sifatnya hanya sementara atau bahkan kepuasan yang dilandasi hanya karena gengsi semata saat ini menjadi populer di kalangan masyarakat.
Padahal gaya hidup semacam itu memiliki tingkat bahaya yang besar bagi kehidupan seseorang. Terlebih, gaya hidup seperti itu merupakan larangan keras dalam agama Islam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme”.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ شَهَادَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُوقِنِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِينُ، أَدَّى الرِّسَالَةَ وَبَلَّغَ الْأَمَانَةَ، فَكَانَ مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّ الْهُدَى وَالرَّحْمَةِ، الْمَبْعُوثِ بِالْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ، خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَإِمَامِ الْمُرْشِدِيْنَ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ: بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِینَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. صَدَقَ اللّٰهُ العَظِيْمُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Alhamdulillah,
segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat kepada kita sehingga kita dapat menunaikan shalat Jumat pada hari ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, dan para sahabatnya, juga kepada kita selaku umatnya.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin Dalam kesempatan yang mulia ini, khatib berwasiat kepada seluruh hadirin sekalian, utamanya untuk diri khatib pribadi agar sama-sama kita menjaga ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala.
Pasalnya takwa merupakan fondasi agar kita mulia di dunia dan di akhirat. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللّٰهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: ”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
Imam Al-Qusyairi Dalam kitabnya Lathaif Al-Isyarat jilid 3 halaman 444 menjelaskan, maksud takwa pada ayat tersebut adalah pembebasan diri dari nafsu dan keinginan serta kepentingan-kepentingan duniawi.
Maka hamba yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling jauh dari nafsunya dan paling dekat dengan Allah Ta’ala.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Di tengah masyarakat yang semakin modern, gaya hidup hedonis hampir sudah menjadi budaya.
Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan karena pada dasarnya hedonis adalah gaya hidup yang dapat merusak kehidupan, bahkan sebagian saudara kita ada yang terjerat pinjol hanya karena gengsi berlebihan.
Artinya, dalam keterangan Imam Al-Qusyairi tersebut menjadi jelas bahwa hedonisme merupakan gaya hidup yang sangat bertentangan dengan prinsip takwa itu sendiri, yaitu melawan dan menekan hawa nafsu sampai ke titik di mana seseorang benar-benar bisa menyembah kepada Allah tanpa mengharap apapun selain ridha-Nya karena itu merupakan tujuan diciptakannya manusia.
Allah Ta’ala berfirman: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ Artinya: “Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Ad-dzariyat: 56)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Melawan gaya hidup hedonis tidaklah mudah bahkan sangat sulit terlebih bagi saudara-saudara kita yang hidup di perkotaan.
Hal ini memerlukan proses yang cukup panjang dan kehati-hatian yang intens. Namun demikian, ada dua cara yang dicontohkan oleh Baginda nabi Muhammad SAW dalam menekan dan melawan hedonisme.
Pertama, menumbuhkan sifat qanaah. Sebagaimana Baginda nabi mengajarkan tentang kekayaan hati lebih utama daripada sekadar kekayaan duniawi.
Beliau bersabda: لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ Artinya:
“Kekayaan bukanlah banyaknya harta benda, tetapi kekayaan adalah hati yang merasa cukup.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sikap qanaah membuat seseorang lebih tenang dalam menghadapi kehidupan. Ia tidak akan selalu merasa kurang atau iri terhadap orang lain, melainkan menikmati dan mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah.
Halaman : 1 2 Selanjutnya