Artinya: “Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
Meneladani sifat-sifat Nabi ini sangat penting, terlebih saat ini kita berada di bulan kelahiran Nabi Muhammad yakni bulan Rabiul Awwal.
Kelahiran Nabi bisa menjadi momentum tepat untuk meneladani banyak sisi kehidupan beliau untuk dijadikan pedoman dalam hidup setiap umat Islam, khususnya terkait dengan kepribadian dan kepemimpinan nabi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini juga sangat penting bagi kita untuk menjadi renungan karena akhir-akhir ini kita rasakan semakin sulit menemukan dan memiliki pemimpin yang bisa dijadikan teladan serta benar-benar menyatu spiritnya dengan yang dipimpinnya.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah,
Bagi umat Islam, kepemimpinan adalah amanah besar yang menyangkut urusan umat. Seorang pemimpin bukan hanya mengatur dan mengarahkan, tetapi juga membawa nilai, visi, dan aspirasi dari yang dipimpinnya.
Dalam Surat At-Taubah ayat 128 ini, Allah SWT menegaskan sifat-sifat agung Nabi Muhammad SAW yang patut dijadikan pedoman oleh setiap pemimpin. Pertama adalah عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ (Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami).
Dalam ayat ini bisa dipahami bahwa Nabi Muhammad memiliki sifat mampu merasakan penderitaan rakyat. Hal ini sangat penting dicontoh para pemimpin.
Pemimpin sejati tidak tega melihat rakyatnya menderita. Pemimpin sejati ikut merasakan beban ketika rakyat kesulitan, baik dalam urusan ekonomi, sosial,dan sebagainya.
Dengan empati yang mendalam, pemimpin akan terdorong untuk mencari solusi nyata, bukan hanya memberikan janji yang tak kunjung terealisasi.
Kedua adalah حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ (sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu). Rasulullah saw selalu mengharapkan kebaikan dan keselamatan bagi umatnya.
Demikian pula seorang pemimpin. Ia harus memiliki tekad kuat agar rakyatnya hidup dalam kesejahteraan, kedamaian, dan terhindar dari kebinasaan.
Seorang pemimpin tidak boleh hanya memikirkan kepentingan pribadi atau kelompok, melainkan keselamatan bangsa secara menyeluruh.
Dalam kaidah fiqih, disebutkan: تَصَرُّفُ اْلإمَام عَلَى الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ Artinya: ”Tindakan penguasa terhadap rakyat harus terarah untuk mencapai kemaslahatan.” Ketiga adalah lemah lembut رَءُوْفٌ (penyantun).
Kelembutan adalah kekuatan moral seorang pemimpin. Dengan sikap santun, pemimpin bisa menenangkan kegelisahan rakyat dan meredam konflik. Kelembutan tidak berarti lemah, melainkan menunjukkan kebijaksanaan dalam bertindak.
Pemimpin yang santun senantiasa mampu memberikan pernyataan dengan diksi dan kata yang tepat. Pemimpin yang santun bukan hanya bisa memberi mauidzah hasanah namun juga mampu memberi uswatun hasanah. Keempat adalah رَّحِيْمٌ (Penuh kasih sayang). Kasih sayang adalah dasar bagi setiap kebijakan.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya