Topikseru.com – Khutbah Jumat 3 Oktober 2025: Cintai Ilmu, Jadilah Pewaris Nabi di mana Salah satu krisis besar di tengah umat manusia adalah hilangnya kecintaan terhadap ilmu.
Banyak orang lebih sibuk mengejar harta, jabatan, atau hiburan, sementara semangat menuntut ilmu justru melemah.
Padahal, ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan dan membedakan manusia dari kegelapan kebodohan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Khutbah Jumat berikut ini berjudul, “Khutbah Jumat: Cintai Ilmu, Jadilah Pewaris Nabi”.
Khutbah I
الحَمْدُ للهِ، الحَمْدُ للهِ الَّذِي شَرَحَ صُدُورَ أَهْلِ الْإِسْلَامِ بِالْهُدَى، وَنَكَتَ فِي قُلُوبِ أَهْلِ الطُّغْيَانِ فَلَا تَعِي الْحِكْمَةَ أَبَدًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ شَهَادَةَ مَنْ آمَنَ بِهِ وَلَمْ يُشْرِكْ بِهِ أَحَدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَسَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَتَدُوْمُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ: اتَّقُوا اللهَ؛ فَإِنَّ تَقْوَاهُ أَفْضَلُ مُكْتَسَبٍ، وَطَاعَتَهُ أَعْلَى نَسَبٍ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ: هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّما يَتَذَكَّرُ أُولُوا الْأَلْبابِ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada kesempatan khutbah Jumat yang mulia ini, marilah kita menumbuhkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan karena mencintai ilmu menjadi jalan cahaya menuju kejayaan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Az-Zumar ayat 9: قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya, “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir jilid 23 halaman 260 menafsirkan bahwa orang-orang yang berilmu sejati adalah mereka yang mengambil manfaat dari ilmunya, lalu mengamalkannya dalam kehidupan.
Adapun orang yang tidak mengambil manfaat dari ilmunya, atau tidak mengamalkannya, maka kedudukannya sama saja dengan orang yang tidak berilmu.
Bahkan, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mengantarkan seorang hamba untuk tunduk kepada Allah, bukan sekadar pengetahuan yang menghiasi lisan dan pikiran.
Ayat ini menegaskan betapa besar perbedaan antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Ilmu adalah cahaya, sementara kebodohan adalah kegelapan.
Dengan ilmu, manusia mengenal Tuhannya, memahami agamanya, dan mengelola kehidupan dunianya. Tanpa ilmu, manusia akan tersesat dalam kebodohan dan kezaliman.
Bahkan Allah berfirman dalam surah Fathir ayat 28: إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ Artinya, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rasulullah SAW sangat menekankan keutamaan ilmu. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Darda’, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.
Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya seorang alim lebih utama dibanding ahli ibadah, sebagaimana keutamaan bulan atas seluruh bintang.
Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, melainkan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang banyak.” Hadits ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah yang agung.
Bahkan Rasulullah ﷺ juga bersabda: مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ. رواه البخاري Artinya, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya dalam agama.” (HR Al-Bukhari).
Halaman : 1 2 Selanjutnya