Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Teks Khutbah Jumat 31 Oktober 2025: Meraih Hikmah dalam Ucapan dan Perbuatan

×

Teks Khutbah Jumat 31 Oktober 2025: Meraih Hikmah dalam Ucapan dan Perbuatan

Sebarkan artikel ini
Khutbah Jumat
Teks Khutbah Jumat: Meraih Hikmah dalam Ucapan dan Perbuatan di mana  di tengah kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang berbicara dan bertindak tanpa pertimbangan.

Topikseru.com – Teks Khutbah Jumat: Meraih Hikmah dalam Ucapan dan Perbuatan di mana  di tengah kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang berbicara dan bertindak tanpa pertimbangan.

Baca Juga  Khutbah Jumat 31 Oktober 2025: Meneladan Gaya Hidup Hijau ala Nabi Muhammad

Padahal, Islam mengajarkan pentingnya hikmah, yaitu kebijaksanaan dalam menimbang setiap ucapan dan perbuatan. Hikmah adalah karunia Allah bagi mereka yang berpikir jernih dan berhati bersih.

Baca Juga  Naskah Khutbah Jumat 24 Oktober 2024: Petaka ketika Umat Islam Jauh dari Ulama

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَدِيمِ الْجَبَّارِ، الْقَادِرِ الْعَظِيمِ الْقَهَّارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ الْمُتَعَالِي عَنْ دَرَكِ الْخَوَاطِرِ وَالْأَفْكَارِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْأَنْبِيَاءِ الْأَطْهَارِ، صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَبْرَارِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَظِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: ﴿يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا﴾ (البقرة: ٢٦٩).

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Satu-satunya Tuhan yang wajib dan berhak disembah, Pencipta segala sesuatu, yang menakdirkan terjadinya segala sesuatu, Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak membutuhkan kepada segala sesuatu, dan berbeda dengan segala sesuatu.

Dialah yang tidak membutuhkan tempat dan arah, serta Mahasuci dari bentuk dan ukuran. Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Allah SWT berfirman:

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا

Artinya: “Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh, ia telah dianugerahi kebaikan yang banyak.” (QS al-Baqarah: 269)

Ath-Thabari menafsirkan ayat ini dengan mengatakan dalam kitab tafsirnya: “Allah memberikan hikmah, yaitu ketepatan dalam berucap dan berbuat, kepada orang-orang yang Ia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi ketepatan dalam hal itu, maka ia telah dianugerahi kebaikan yang banyak.”

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Apabila seseorang mampu memahami situasi di sekitarnya, tepat dalam menyikapi keadaan dari setiap peristiwa, selalu berupaya untuk mencapai tujuan yang baik dengan cara yang benar, serta mampu berucap dan bertindak dengan tepat, maka ia adalah seorang hakim (bijak bestari) yang benar-benar telah dianugerahi hikmah. Allah SWT memuji Luqman, seorang laki-laki saleh, dan menurut pendapat lain, dia adalah seorang nabi, dalam Al-Qur’an:

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ

Artinya: “Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu bersyukurlah kepada Allah!” (QS Luqman: 12).

Betapa penting dan agung menjadi seorang yang hakim (bijak), yang selalu berupaya menyucikan diri dari penyakit-penyakit hati yang melekat pada banyak manusia.

Hikmah adalah kekayaan hati dan jiwa. Betapa banyak orang yang kaya harta tetapi fakir ilmu dan hikmah. Bahkan, betapa banyak pemimpin yang menjerumuskan rakyatnya ke dalam berbagai kerusakan karena gaya kepemimpinan yang tidak bertumpu pada hikmah.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Kata hikmah diambil dari kata “ihkam” yang berarti bagus serta benar dalam berucap dan berbuat.

Hikmah dapat menolak “safah” (tindakan bodoh). Oleh karena itu, dikatakan bahwa ilmu adalah hikmah, karena ilmu mencegah kebodohan bagi orang yang mengamalkannya. Jadi, hikmah meniscayakan tindakan yang tepat pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat.

Al-Qurthubi mengutip pendapat Mujahid yang menyatakan bahwa hikmah adalah:

الْإِصَابَةُ فِي الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ

Artinya, “Tepat dalam ucapan dan tindakan.” Sedangkan Imam ar-Razi dalam At-Tafsir al-Kabir berkata:

وَاعْلَمْ أَنَّ الْحِكْمَةَ هِيَ الْإِصَابَةُ فِي الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ وَلَا يُسَمَّى حَكِيمًا إِلَّا مَنِ اجْتَمَعَ لَهُ الْأَمْرَانِ، وَقِيلَ: أَصْلُهَا مِنْ أَحْكَمْتُ الشَّيْءَ أَيْ رَدَدْتُهُ، فَكَأَنَّ الْحِكْمَةَ هِيَ الَّتِي تَرُدُّ عَنِ الْجَهْلِ وَالْخَطَإِ، وَذٰلِكَ إِنَّمَا يَكُونُ بِمَا ذَكَرْنَا مِنَ الْإِصَابَةِ فِي الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ وَوَضْعِ كُلِّ شَيْءٍ فِي مَوْضِعِهِ

Artinya, “Ketahuilah bahwa hikmah adalah ketepatan dalam berucap dan berbuat. Seseorang tidak disebut hakîm (bijaksana) kecuali apabila terkumpul padanya dua hal tersebut, yaitu mampu berucap dengan tepat dan berbuat dengan tepat.

Menurut pendapat lain, hikmah berasal dari kata ‘ahkamtus sya’a’ yang berarti menolak sesuatu.

Maka seolah-olah hikmah adalah sesuatu yang menolak kebodohan dan kesalahan, yakni dengan ketepatan dalam berucap dan berbuat, serta meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.”

Al-Hafizh al-‘Iraqi dalam Tharhut Tatsrib berkata:

الْحِكْمَةُ كُلُّ مَا مَنَعَ مِنَ الْجَهْلِ وَزَجَرَ عَنِ الْقَبِيْحِ

Artinya, “Hikmah adalah segala yang mencegah dari kebodohan dan menghalangi dari perilaku buruk.”

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Orang-orang yang bijaksana (memiliki hikmah), meskipun sedikit jumlahnya dibandingkan dengan kebanyakan manusia, telah tercatat dalam sejarah sebagai hukamâ’ (para ahli hikmah) di masa lalu.

Dan tiada keraguan sedikit pun bahwa manusia paling agung yang dianugerahi hikmah adalah para nabi, dan nabi paling agung di antara mereka adalah Baginda Nabi Muhammad SAW. Maka dapat dikatakan bahwa beliau adalah imam para ahli hikmah dan manusia paling bijaksana di antara orang-orang bijaksana.

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita untuk meneladani Nabi Muhammad SAW dan para nabi lainnya. Orang yang cerdas adalah orang yang mengambil ibrah dari sejarah hidup para nabi, lalu mengikuti mereka dalam kemuliaan akhlak, pergaulan yang baik, dan akidah yang lurus, yakni keyakinan bahwa Allah Mahasuci dari tempat dan arah, serta Mahasuci dari keserupaan dengan makhluk.

Allah SWT berfirman dalam Qur’an surah Al-Ahzab ayat 21: