Fenomena ini juga disoroti oleh Friderica Widyasari Dewi, petinggi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam peluncuran e-book IDX Channel pada Oktober lalu.
“Dengan sosial media, informasi beredar sangat cepat. Fenomena seperti FOMO, YOLO, hingga FOPO membuat anak muda sering khawatir dengan opini orang lain dan akhirnya salah mengambil keputusan investasi,” ujarnya.
Menurut Friderica, banyak generasi muda akhirnya terjerumus ke investasi ilegal karena keputusan diambil tanpa pemahaman dasar.
Mengapa Mental Kaya Lebih Menguntungkan?
Memiliki mental kaya tidak hanya menumbuhkan keberanian mengambil risiko, tapi juga menciptakan disiplin dalam strategi investasi.
Orang dengan mental kaya lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi, karena mereka berpikir jangka panjang dan terus beradaptasi dengan perubahan pasar.
Mereka cenderung memanfaatkan momentum, bukan dikendalikan olehnya. Diversifikasi, literasi keuangan, dan konsistensi menjadi senjata utama menuju financial freedom sejati.
Perbedaan antara mental kaya dan mental miskin bukan sekadar teori motivasi, melainkan faktor nyata yang memengaruhi hasil keuangan seseorang.
- Mental kaya – adaptif, pembelajar, dan berani mengambil keputusan.
- Mental miskin – takut gagal, pesimis, dan mudah terbawa tren.
Kuncinya: ubah cara berpikir, bukan hanya cara mengelola uang. Karena pada akhirnya, kebebasan finansial bukan tentang berapa banyak yang Anda hasilkan, melainkan bagaimana Anda berpikir tentang uang dan peluang.










