Maka bencana alam seperti banjir bandang, tanah longsor, kebakaran hutan dan hilangnya ekosistem laut, semuanya diperparah oleh keserakahan kita. Oleh karena itu, tidak heran, Al-Baidhawi yang telah wafat beberapa abad lalu, yakni pada tahun 685H, memberikan komentar nyata dan dapat kita saksikan sekarang tentang apa saja dampak kerusakan alam yang terjadi sebab keserakahan manusia, sebagaimana disebutkan dalam QS. Ar-Rum ayat 41.
Dalam kitab Anwarut Tanzil wa Asrorut Ta’wil, jilid 4, halaman 208, Al-Baidhawi menjelaskan:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ)، كَالْجَدْبِ وَالْمَوْتَانِ، وَكَثْرَةِ الْحَرْقِ وَالْغَرَقِ، وَإِخْفَاقِ الْغَوَّاصَةِ، وَمَحْقِ الْبَرَكَاتِ، وَكَثْرَةِ الْمَضَارِّ، أَوِ الضَّلَالَةِ وَالظُّلْمِ
Artinya: “(Telah tampak kerusakan di darat dan di laut) seperti kekeringan, merebaknya kematian, maraknya kebakaran dan tenggelam (banjir), gagalnya para penyelam (mencari hasil laut), lenyapnya keberkahan, serta banyaknya kemudaratan; atau (kerusakan itu berupa) kesesatan dan kezaliman.”
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah, Karena musibah bencana alam yang terjadi di lingkungan hidup kita ini murni ada campur tangan perbuatan kita, maka sepantasnya-lah kita bermuhasabah dan mengintrospeksi diri secara konkret.
Supaya tidak ada lagi korban jiwa yang muncul karena keserakahan kita. Sebab sebagai orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, kita diperintahkan untuk senantiasa bermuhasabah dan introspeksi diri.
Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 18: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).
Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah, Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 18 ini adalah landasan yang paling tepat untuk kita jadikan sebagai acuan dalam berintrospeksi diri.
Terutama segala hal yang menjadi pemicu musibah bencana alam. Karena dalam ayat ini juga, tidak semata-mata kita diperintahkan untuk bermuhasabah dalam urusan amal saleh, tapi berkaitan pula terhadap kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat.
Sebagaimana hal ini diterangkan oleh At-Thabari dalam kitab Jami’ul Bayan, jilid 23, halaman 299: وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ)، يَقُولُ: وَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَا قَدَّمَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ مِنَ الْأَعْمَالِ، أَمِنَ الصَّالِحَاتِ الَّتِي تُنْجِيهِ، أَمْ مِنَ السَّيِّئَاتِ الَّتِي تُوبِقُهُ؟ Artinya: “(Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dipersiapkannya untuk hari esok) Maksudnya ialah, hendaklah setiap orang di antara kalian meneliti apa yang telah ia persiapkan untuk hari Kiamat berupa amal perbuatan; apakah berupa amal-amal saleh yang dapat menyelamatkannya, ataukah perbuatan-perbuatan buruk (seperti merusak alam) yang justru membinasakannya.”
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah, Setelah kita menyadari bahwa musibah bencana alam ini merupakan akibat dari campur tangan kita sebagai manusia dan berintrospeksi diri akan hal tersebut, maka selanjutnya kita berkewajiban untuk bertobat secara kolektif.
Usaha untuk bertobat secara kolektif ini pun diperintahkan oleh Allah Swt, sebagai suatu keharusan, yang wajib kita lakukan setelah melakukan hal-hal yang tidak baik atau tercela. Sebagaimana tercantum dalam QS. An-Nur ayat 31: وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ Artinya: “Bertobatlah kamu semua (secara kolektif) kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah, Secara nyata, musibah bencana alam yang terjadi pada kita, tidak seutuhnya terjadi karena faktor dirinya sendiri. Akan tetapi, karena ada campur tangan kita sebagai umat manusia yang telah mengeksploitasinya secara rakus.
Banjir bandang, tanah longsor, kerusakan ekosistem laut dan lain sebagainya, timbul sebab kontribusi kelakuan kita. Maka kita perlu introspeksi diri atas apa yang telah terjadi dan apa yang sudah kita perbuat.
Supaya musibah bencana alam yang sama tidak terulang kembali serta menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Kemudian, introspeksi saja tidak cukup. Perlu langkah konkret dari kita sebagai manusia untuk memutus potensi musibah bencana alam itu terjadi kembali.
Kita sebagai masyarakat, mulai di tingkat paling bawah, yakni dari setiap individu, kepala daerah, hingga pemerintah pusat harus bertobat secara kolektif (bersama-sama), menyesali apa yang telah diperbuat kepada alam dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, selamanya.
Selanjutnya harus lebih bijak dalam mengelola alam.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Muhaimin Yasin, Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat dan Pegiat Kajian Keislaman












