Topikseru.com – Khutbah Jumat 26 Desember 2025: Menjaga Diri dari Dosa di Bulan Rajab di mana Bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam.
Pada bulan mulia ini, kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, melakukan ketaatan dan kebaikan, serta menjauhi segala perbuatan dosa dan zalim.
Namun seringkali kita terlena dengan rutinitas duniawi, hingga lupa akan hakikat bulan Rajab yang penuh dengan keutamaan.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ الْمَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Puji syukur, alhamdulillahi rabbil alamin, atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah swt berikan kepada kita semua, mulai dari nikmat Islam, sehat, dan nikmat sempat untuk menunaikan kewajiban shalat Jumat ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa mengalir kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad saw; اَللّٰهُمَ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، allahumma salli ala sayyidan Muhammadin, wa ala ali sayyidina Muhammad Semoga kita semua termasuk umat yang dibanggakan olehnya, dan termasuk umat yang berada di barisan orang-orang yang akan mendapatkan syafaat darinya. Amin ya Rabbal alamin.
Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami sebagai khatib untuk senantiasa menyampaikan wasiat takwa. Maka dengan ini, kami mengajak diri sendiri dan kepada seluruh jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt.
Berusaha untuk meningkatkan takwa artinya kita harus terus berupaya untuk tetap konsisten dalam menjalankan segala perintah-perintah-Nya, dan berkomitmen untuk menjauhi segala larangan-Nya.
Tetapi juga perlu diingat, bahwa takwa tidak hanya perihal ibadah saja, ia juga harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari kita, terutama dalam cara kita bersikap, berbicara, dan memperlakukan orang lain.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Perlu kita sadari bersama, bahwa saat ini kita sedang berada di salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam, yaitu bulan Rajab.
Bulan yang memiliki kedudukan khusus di sisi Allah swt, dan termasuk salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan.
Maka sudah sepantasnya bagi kita, menjadikan bulan Rajab ini sebagai momentum untuk meningkatkan ketakwaan, membersihkan hati, serta menjauhkan diri dari segala bentuk dosa dan perbuatan zalim, baik zalim kepada Allah dengan melanggar perintah-Nya, maupun zalim kepada diri sendiri dengan menjerumuskan diri pada perbuatan dosa.
Allah swt berfirman dalam surat at-Taubah ayat 36; إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ
Artinya, “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu).” (QS. QS At-Taubah [9]: 36).
Pada ayat di atas, Allah menegaskan bahwa terdapat dua belas bulan dalam satu tahun, dan di antara yang dua belas itu terdapat empat bulan haram yang sangat dimuliakan, yaitu (1) Dzulqa’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4) Rajab.
Kemudian setelah Allah menyatakan terdapat empat bulan yang sangat mulia, Allah juga menegaskan larangan kepada kita agar tidak merusak nilai-nilai kemuliaan dan keagungan yang terdapat dalam bulan haram, termasuk bulan Rajab, dengan menzalimi diri mereka sendiri.
Akan tetapi, apa yang dimaksud menzalimi diri sendiri pada ayat di atas? Menurut Syekh Syihabuddin al-Alusi dalam kitab Tafsir Ruhul Ma’ani, jilid VII, halaman 222, yaitu merusak dan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, dengan cara melakukan perbuatan-perbuatan yang telah Allah haramkan di dalamnya, serta meremehkan nilai kesuciannya dengan melanggar batas-batas syariat, فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ بِهَتْكِ حُرْمَتِهِنَّ وَارْتِكَابِ مَا حُرِّمَ فِيْهِنَّ
Artinya, “Maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (bulan haram), yaitu dengan merusak kehormatannya dan melakukan apa yang diharamkan di dalamnya.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Mungkin timbul pertanyaan di benak kita, mengapa larangan menzalimi diri sendiri ini secara khusus ditujukan pada bulan-bulan haram, termasuk bulan Rajab yang sedang kita jalani saat ini? Bukankah perbuatan dosa dan maksiat dilarang dalam setiap waktu dan kesempatan?
Menurut Syekh Syihabuddin al-Alusi dalam penjelasan lanjutannya, bahwa pengkhususan larangan ini pada bulan-bulan haram adalah karena kemuliaan dan keagungan bulan-bulan tersebut. Allah memiliki hak untuk memuliakan sebagian waktu atas waktu yang lain.
Karena itu, melakukan perbuatan maksiat di bulan-bulan haram dosanya akan jauh lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan melakukannya di bulan-bulan lainnya,
وَتَخْصِيْصُهَا بِالنَّهْيِ عَنِ ارْتِكَابِ ذَلِكَ فِيْهَا مَعَ أَنَّ الِارْتِكَابَ مَنْهِيٌّ عَنْهُ مُطْلَقًا لِتَعْظِيْمِهَا وَلِلَّهِ سُبْحَانَهُ أَنْ يُمَيِّزَ بَعْضَ الْأَوْقَاتِ عَلَى بَعْضٍ فَارْتِكَابُ الْمَعْصِيَةِ فِيْهِنَّ أَعْظَمُ وِزْرًا
Artinya, “Dan dikhususkannya larangan melakukan kezaliman itu di dalamnya (bulan-bulan haram), padahal melakukan (maksiat) dilarang secara mutlak, adalah karena keagungannya. Dan Allah berhak membedakan sebagian waktu atas sebagian waktu yang lain. Maka melakukan kemaksiatan pada bulan-bulan itu lebih besar dosanya.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Oleh sebab itu, mari kita jaga diri kita dari perbuatan dosa dan kezaliman di bulan Rajab yang mulia ini.
Menjaga diri berarti menahan lisan dari keburukan, menjaga perbuatan dari kemaksiatan, tidak menggunakan tangan untuk menyakiti dan mengganggu orang lain, serta tidak meninggalkan ketaatan yang telah Allah perintahkan.
Sebab sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa setiap kebaikan dan ketaatan yang kita lakukan akan dilipatgandakan pahalanya, sekecil apa pun amal itu.
Begitu juga sebaliknya, perbuatan buruk dan kemaksiatan yang dilakukan pada bulan yang dimuliakan ini juga akan dibalas dengan balasan yang lebih berat.
Karenanya, bulan Rajab sudah seharusnya menjadi momentum bagi kita untuk memperbanyak amal saleh, memperkuat ketaatan, dan menahan diri dari segala bentuk dosa dan kezaliman, agar kemuliaan bulan ini benar-benar menjadi jalan keselamatan bagi kita, bukan justru menjadi sebab penyesalan di kemudian hari.
Demikianlah khutbah Jumat perihal menjaga diri dari perbuatan dosa dan zalim di bulan Rajab yang mulia. Semoga khutbah ini menjadi pengingat yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua, serta menjadi bekal untuk meningkatkan ketakwaan di bulan yang penuh kemuliaan ini. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.












