Filosofi Hidup TD Pardede, Raja Tekstil dari Medan yang Memilih Hidup Miskin

Selasa, 24 September 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tumpal Dorianus Pardede atau TD Pardede yang karib disapa

Tumpal Dorianus Pardede atau TD Pardede yang karib disapa "Katua". Foto: Repro buku "75 Tahun T.D. Pardede

TOPIKSERU.COM, – “Orang Kaya Harus Belajar Miskin“, adalah filosofi hidup yang dipegang teguh oleh Tumpal Dorianus Pardede atau yang dikenal dengan nama TD Pardede.

Dalam buku Paparan 75 Tahun Dr. T.D Pardede (1991), pria asal Tapanuli Utara (Taput), ini menganut filosofi hidup sederhana.

Pendidikannya tidak tinggi, tetapi lini bisnisnya menjalar dan tumbuh di mana-mana. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan “ketua” yang dalam logat Batak melafalkan “katua”.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

TD Pardede pada masa jayanya terkenal sebagai “Raja Tekstil” atau “Raja Uang”. Dia juga tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia di dua zaman, yakni era Soekarno dan Soeharto.

Bakat bisnis pria kelahiran Balige, 16 Oktober 1916 ini memang sudah muncul sejak masih berusia belia. Tumpal Dorianus Pardede kecil, dalam Apa dan Siapa Sejumlah orang Indonesia 1985 – 1986, menyebut gemar bermain kelereng dan kerap menang. TD Pardede sering terlihat muncul di pasar untuk menjual kelereng hasil kemenangannya.

Dari hasil menjual kelereng, Pardede mendapat uang jajan. Sebagian uang itu dia tabung. Beranjak usia 7 tahun, dia membagi waktu untuk sekolah, berjualan dan belajar agama.

Tumpal Dorianus Pardede hanya menamatkan pendidikan formal sampai tingkat Hollandsch Inlandsche School (HIS), sekolah dasar bagi anak-anak pribumi di Balige. Namun, Pardede banyak belajar dari pengalaman di lapangan saat bekerja di perkebunan di Sumatra Timur.

Membangun Pabrik Tekstil

Beranjak dewasa, TD Pardede beralih menjadi pedagang gula merah dan garam di Balige. Kala itu masa pendudukan Jepang, tak jarang dalam menjalankan usahanya dia mendapat perlakuan kasar dari tentara Jepang. Pukulan dan tempeleng dari tentara penjajah turut menghiasi perjalanannya membangun bisnis.

Waktu berjalan, kegigihan Pardede membuahkan dengan menguasai hampir seluruh pasar yang ada di Tapanuli dan melampaui dominasi para pedagang Tionghoa kala itu.

Editor : Muchlis

Sumber Berita : CNBC, Historia

Follow WhatsApp Channel topikseru.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Telkomsel Perkuat Pemerataan Akses Digital di Sumatera Utara: Hadirkan Jaringan 4G di Tiga Desa Wilayah Karo
Mahasiswa USU Ubah Limbah Plastik Jadi Gigi Palsu, Raih Environmental and Social Innovation Award 2025
Khutbah Jumat 10 Okotober 2025: Menggapai Berkah dengan Menjadi Pedagang yang Jujur di Era Digital
Jadwal Acara TV Hari Ini, Jumat, 10 Oktober 2025 Stasiun Trans TV, ANTV, RCTI, GTV, MNCTV, Trans7, Indosiar, SCTV, dan MDTV
Khutbah Jumat 10 Oktober 2025: Cara Islam Merawat Lingkungan
Sistem Akademik Belum Sinkron, Mahasiswa Unimed Sudah Bayar UKT tapi Gagal Isi KRS
6 Peristiwa Penting Dunia yang Terjadi pada 6 Oktober: Dari Perang Yom Kippur hingga Peluncuran Instagram
Telkomsel Hadirkan Konektivitas Andal di Desa Nosar: Harapan Baru bagi Masyarakat Tepian Danau Lut Tawar

Berita Terkait

Selasa, 21 Oktober 2025 - 14:22

Telkomsel Perkuat Pemerataan Akses Digital di Sumatera Utara: Hadirkan Jaringan 4G di Tiga Desa Wilayah Karo

Jumat, 10 Oktober 2025 - 17:00

Mahasiswa USU Ubah Limbah Plastik Jadi Gigi Palsu, Raih Environmental and Social Innovation Award 2025

Jumat, 10 Oktober 2025 - 00:21

Khutbah Jumat 10 Okotober 2025: Menggapai Berkah dengan Menjadi Pedagang yang Jujur di Era Digital

Jumat, 10 Oktober 2025 - 00:00

Jadwal Acara TV Hari Ini, Jumat, 10 Oktober 2025 Stasiun Trans TV, ANTV, RCTI, GTV, MNCTV, Trans7, Indosiar, SCTV, dan MDTV

Kamis, 9 Oktober 2025 - 22:17

Khutbah Jumat 10 Oktober 2025: Cara Islam Merawat Lingkungan

Berita Terbaru