Upacara ini juga selalu dihadiri tamu negara, mulai dari duta besar asing hingga perwakilan rakyat dari berbagai penjuru Nusantara.
Tradisi pengibaran bendera pusaka oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) juga lahir di era 1960-an, diinisiasi oleh Husein Mutahar, yang ingin menjaga keaslian bendera Merah Putih warisan Proklamasi.
Simbol Persatuan di Tengah Krisis
Pada masa-masa genting, upacara di Istana tetap digelar meski situasi keamanan genting. Pada masa agresi militer Belanda, upacara sempat digelar di Yogyakarta yang menjadi ibu kota darurat, sebelum kembali ke Jakarta pada 1949.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hingga kini, di setiap masa – mulai dari Orde Lama, Orde Baru, reformasi, hingga era digital – upacara di Istana Merdeka tetap berdiri sebagai simbol kesatuan nasional.
Bahkan di puncak pandemi Covid-19, peringatan HUT RI di Istana Merdeka tetap berjalan meski dibatasi peserta fisik, demi menjaga nyala semangat kemerdekaan.
Upacara yang Terus Bertransformasi
Dari tahun ke tahun, format upacara HUT RI di Istana Merdeka terus bertransformasi. Tradisi hiburan rakyat di halaman Istana, undangan warga terpilih, parade budaya, hingga penampilan seni nusantara menjadi pelengkap kemeriahan.
Kini, upacara ini bisa diikuti jutaan orang melalui siaran langsung di TV dan platform digital.
Istana Merdeka, yang dulu jadi saksi penjajahan kolonial, kini justru berdiri tegak sebagai lambang negara merdeka dan berdaulat.
Lebih dari Sekadar Bendera
Di balik bendera Merah Putih yang berkibar megah, upacara HUT RI di Istana Merdeka selalu mengingatkan bangsa ini bahwa kemerdekaan bukan hadiah, melainkan warisan perjuangan.
Dan setiap 17 Agustus, halaman Istana Merdeka bukan sekadar rumput hijau di tengah Jakarta, tetapi panggung mematri janji kebangsaan: Merdeka hari ini, esok, dan selamanya.
Halaman : 1 2