Scroll untuk baca artikel
Sejarah

Ketika Pena Membara: 10 Pahlawan Nasional yang Berangkat dari Dunia Jurnalistik

×

Ketika Pena Membara: 10 Pahlawan Nasional yang Berangkat dari Dunia Jurnalistik

Sebarkan artikel ini
Pahlawan jurnalis Indonesia
Tirto Adhi Soerjo, bapak pers nasional

Topikseru.com – Di balik aroma kering peluru dan teriakan “merdeka” yang mengisi medan perjuangan, ada suara lain yang sama kuatnya, yakni suara pena, mesin ketik, dan koran yang disebarkan diam-diam.

Banyak pahlawan bangsa berawal dari aktivitas jurnalistik, menulis, menerbitkan, mengedukasi publik, sebelum kemudian terjun ke barisan perjuangan.

10 Pahlawan Nasional yang Berlatar Belakang Jurnalis

Berikut sepuluh tokoh yang namanya abadi sebagai pahlawan nasional sekaligus pejuang pers.

1. Rasuna Said – Suara Perempuan dari Sumatera Barat

Rasuna Said (lahir 1910, Maninjau) menggunakan media sebagai panggung perjuangan perempuan. Lewat majalah Menara Poetri ia menyerukan pendidikan dan hak bagi perempuan.

Kiprahnya menjadikan ia simbol aktivisme perempuan yang berakar pada jurnalistik.

2. Tirto Adhi Soerjo – Bapak Pers Nasional

Tirto adalah pelopor pers Indonesia modern. Surat kabar seperti Soenda Berita dan Medan Prijaji bukan sekadar berita; itu adalah alat kebangkitan nasional.

Karya jurnalistiknya melecut kesadaran politik rakyat jelata.

3. Ki Hajar Dewantara – Dari Wartawan ke Bapak Pendidikan

Sebelum mendirikan Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara aktif menulis, kritik dan buah pikirnya sempat membuat ia dibuang oleh kolonial Belanda.

Baca Juga  Gerindra Dukung Usulan Pahlawan Nasional untuk Soeharto dan Gus Dur

Tulisan-tulisannya membentuk landasan pendidikan rakyat Indonesia.

4. Buya Hamka – Ulama, Sastrawan, dan Jurnalis

Selain karya sastra yang populer, Hamka konsisten menulis di media massa dan majalah. Perpaduan intelektual-religius dan kepiawaiannya menulis memengaruhi opini umat pada masa transisi kemerdekaan dan pasca-proklamasi.

5. Ruhana Kudus – Pelopor Jurnalis Perempuan

Ruhana mendirikan Suntjap Melayu (Sunting Melayu) pada 1912, platform edukasi bagi perempuan.

Perjuangannya menunjukkan bagaimana pers menjadi sarana pemberdayaan sosial-gender di era kolonial.

6. MGR Albertus Sugiyopranoto S.J – Rohaniwan yang Menulis untuk Bangsa

Frater Sugiyopranoto aktif memimpin majalah Swara Tama dan menggabungkan peran keagamaan dengan pendidikan serta tulisan untuk membentuk kesadaran kolektif saat perjuangan kemerdekaan.

7. R. Oto Iskandar Dinata – Dari Pers ke Panggung Politik

Aktif di surat kabar Warta Harian Cahaya pada masa pendudukan Jepang, Oto juga terlibat dalam politik (Volksraad, GAPI) dan dalam persiapan kemerdekaan lewat PPKI.