4. Anggaran Fantastis Rp6,7 Miliar
Dengan dana sebesar Rp6,7 miliar, film ini masuk jajaran proyek animasi lokal berbudget tinggi. Sebagai perbandingan, banyak film animasi Indonesia lain yang dibuat dengan dana di bawah Rp5 miliar.
Besarnya anggaran membuat publik berharap kualitas visual, audio, dan alur cerita sebanding dengan investasi tersebut.
Namun, ketika trailer dirilis, ekspektasi ini menjadi bumerang. Warganet mempertanyakan alokasi dana, bahkan membandingkannya dengan film animasi Jumbo yang dinilai lebih rapi walau kabarnya berbudget lebih rendah.
Tidak sedikit komentar di media sosial yang menyentil, “Kalau ini hasilnya, kemana saja uang Rp6,7 miliar itu dipakai?”
5. Penayangan Strategis Menjelang HUT ke-80 RI
Film ini akan tayang pada 14 Agustus 2025, hanya tiga hari sebelum Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
Pemilihan tanggal ini jelas strategis, karena bertepatan dengan momen di mana masyarakat sedang berada di puncak semangat nasionalisme.
Strategi ini diharapkan mampu mendorong angka penonton, terutama dari sekolah-sekolah yang mungkin menjadikan film ini bagian dari kegiatan perayaan kemerdekaan.
Namun, strategi ini juga berarti beban ekspektasi semakin besar—film yang tayang di momen spesial tentu diharapkan punya kualitas yang mampu meninggalkan kesan mendalam.
6. Banjir Kritik dari Warganet
Sejak trailernya tayang di kanal YouTube Historika Film, kolom komentar penuh dengan kritik. Sebagian penonton memang memuji ide cerita dan pesan nasionalisme yang kuat, tetapi mayoritas mempertanyakan kualitas animasinya.
Beberapa kritik yang sering muncul antara lain:
-
Animasi gerakan karakter terlihat kaku
-
Detail wajah dan ekspresi kurang realistis
-
Efek pencahayaan dan bayangan minim
-
Transisi antar adegan terasa terburu-buru
Ada pula warganet yang menilai proyek ini terlalu dipaksakan demi mengejar momen HUT RI, sehingga mengorbankan kualitas akhir.
Bahkan, salah satu komentar pedas yang viral mengatakan, “Mungkin lebih seru lihat bendera asli dikibarkan daripada nonton ini.”
Merah Putih One For All adalah proyek ambisius yang punya niat baik, pesan moral yang kuat, dan tema nasionalisme yang relevan.
Namun, eksekusinya memicu perdebatan besar di kalangan penonton.
Film ini bisa jadi pelajaran penting bagi industri animasi Indonesia bahwa kualitas teknis sama pentingnya dengan pesan yang dibawa.
Dengan sisa waktu sebelum tayang, semoga tim produksi mampu melakukan perbaikan signifikan sehingga film ini bisa tetap dikenang sebagai karya yang membanggakan, bukan sekadar bahan perdebatan di media sosial. (*)












