Topikseru.com – Tarian Betawi adalah bagian penting dari identitas budaya masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Keberadaannya mencerminkan perjalanan panjang akulturasi budaya yang membentuk suku Betawi sebagai entitas unik di tengah keragaman Indonesia.
Betawi bukan hanya soal logat atau makanan khas seperti kerak telor, tapi juga tentang kesenian tradisional, khususnya tarian Betawi yang sarat akan nilai sejarah, religi, hingga kritik sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari puluhan jenis tarian Betawi yang berkembang dari masa ke masa, banyak di antaranya memiliki filosofi mendalam, bukan sekadar hiburan.
Tarian ini juga menjadi bentuk komunikasi masyarakat Betawi zaman dulu untuk menyampaikan pesan secara halus kepada penguasa atau sebagai simbol perlindungan dan syukur.
Bahkan dalam konteks kekinian, tarian tradisional Betawi terus dipelajari di sekolah-sekolah seni dan ditampilkan dalam berbagai acara budaya.
Melalui artikel ini, kami akan mengulas secara mendalam 7 tarian Betawi paling ikonik beserta makna di balik setiap gerakan dan aksesorinya. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
1. Tari Topeng Betawi: Tarian yang Punya Kekuatan Mistis

Tari Topeng Betawi bukan sekadar hiburan biasa. Tarian ini mengandung kekuatan simbolik sebagai penolak bala, yang diyakini dapat mengusir roh jahat atau energi negatif. Diciptakan oleh dua seniman legendaris Betawi, Mak Kinong dan Kong Djioen, tarian ini mulai berkembang sejak tahun 1930 dan terinspirasi dari Tari Topeng Cirebon.
Yang membuat tarian ini unik adalah penggunaan topeng kayu tanpa tali, yang digigit langsung oleh penari selama pertunjukan. Selain gerakannya yang ekspresif, tarian ini juga mengusung tema legenda lokal, kritik sosial, hingga cerita-cerita satir tentang kehidupan masyarakat Betawi.
Musik pengiring yang terdiri dari rebab, gong buyung, kecrek, gendang, dan kromong tiga menjadikan suasana pertunjukan semakin dramatis. Tarian ini menjadi saksi sejarah bahwa Betawi pernah memiliki tradisi pertunjukan teater rakyat yang canggih.
2. Tari Cokek: Tarian Pergaulan Bernuansa Tionghoa
Tari Cokek adalah salah satu contoh tarian Betawi hasil akulturasi budaya Tionghoa. Dibawa oleh para pedagang Tionghoa yang menetap di Batavia pada abad ke-19, tarian ini dahulu dikenal sebagai hiburan rakyat kelas bawah, bahkan kadang dianggap erotis karena adanya interaksi langsung antara penari dan penonton melalui selendang yang dilemparkan.
Penari perempuan biasanya mengenakan tata rias tebal, dan wajah mereka dicat putih agar menyerupai standar kecantikan Tionghoa kala itu. Tarian ini biasa diiringi oleh musik gambang kromong dan dulunya ditarikan oleh tiga penari wanita, meskipun kini telah dikembangkan menjadi tarian berpasangan pria dan wanita.
Secara filosofi, Tari Cokek menggambarkan kehidupan malam masyarakat urban Betawi zaman dahulu dan menjadi potret nyata dari pluralitas budaya yang menyatu dalam seni pertunjukan.
3. Tari Zapin Betawi: Simbol Syiar Islam dalam Balutan Seni
Tari Zapin Betawi menjadi bukti nyata bahwa tarian tradisional Betawi juga menyimpan nilai-nilai religi. Tari ini berasal dari pengaruh budaya Arab, khususnya dari Yaman, yang dibawa oleh para pedagang Muslim ke Batavia. Dalam bahasa Arab, kata “zapin” berarti menari atau gerak kaki cepat.
Pada awal kemunculannya, Tari Zapin Betawi digunakan sebagai media syiar Islam. Gerakan-gerakannya penuh semangat, cepat, dan dinamis, mencerminkan kegembiraan masyarakat dalam menyambut kebersamaan dan ukhuwah.
Keunikan tari ini terletak pada kombinasi antara alat musik Timur Tengah dan alat musik tradisional Betawi, menciptakan harmoni yang sangat khas. Tarian ini biasanya dibawakan oleh sekelompok pria dan menjadi hiburan sekaligus pengingat spiritual.
4. Tari Ondel-Ondel: Simbol Pelindung dan Semangat Kolektif
Siapa tak kenal Ondel-Ondel, ikon budaya Jakarta? Namun lebih dari sekadar boneka raksasa, ada Tari Ondel-Ondel yang menginterpretasikan semangat dan kebahagiaan masyarakat Betawi, terutama dalam konteks pesta rakyat.
Berbeda dengan boneka ondel-ondel yang digunakan dalam arak-arakan, dalam tarian ini tidak ada boneka besar yang dibawa, melainkan gerakan tari yang merepresentasikan kesemarakan pesta dan perlindungan leluhur terhadap generasi muda.
Cerita dalam tarian ini biasanya berkisar pada anak perempuan yang untuk pertama kalinya diizinkan menghadiri pesta rakyat, mencerminkan masa transisi dari anak-anak ke usia dewasa dalam budaya Betawi.
Halaman : 1 2 Selanjutnya