Ia mengaku, mengelola lokasi itu sejak tahun 2020. Ihwalnya, Lindung memang sudah biasa datang ke Pandaratan, bahkan sejak usia remaja. Dulu pantai ini menjadi tempat mendarat kapal-kapal nelayan. Dari sana pula, nama pantai ini popular menjadi Pandaratan.
Penuturan Lindung, selain penduduk lokal dan para nelayan, pantai ini sejak lama kerap menjadi tempat berkunjung anak-anak muda. Mereka sekedar bermain, mandi atau bersantai.
Lalu satu waktu, ia mengajak beberapa kerabat dan istrinya. Lindung mengaku para kerabatnya menyukai lokasi tersebut. Dari sana, terbersit ide untuk menjadikan tempat itu sebagai tempat wisata. Para kerabat dan istrinya pun mendukung ide itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dari sanalah awalnya, walau kondisi keuangan pas pasan, tapi ada keluarga yang mau bantu, dikumpulin lah modalnya, dan mulai mendirikan pondok,” tutur Lindung.
Cerita-cerita Mistis
Pandaratan masih terus berbenah. Meski dengan keterbatasan, misalnya sumber listrik yang masih mengandalkan mesin genset. Namun, untuk akses air, Lindung mengaku telah menemukan sumber yang tepat. Yakni dari mata air perbukitan di kawasan Pandaratan.
Mata air itu ia alirkan menggunakan pipa hingga ke toilet tak jauh dari pondokan yang ia bangun. Toilet yang juga ia sediakan untuk digunakan para pengunjung.
Lindung mengaku, mata air itu bagaikan berkah sekaligus menjadi pengingat khususnya buat dirinya, tentang pentingnya menjaga kawasan Pandaratan.

“Awalnya dulu, pas waktu saya membersihkan tempat ini dan mendirikan pondoklah, ada yang membisikkan di telinga saya, untuk melihat air di bukit, gak ada orang, tapi saya mendengar jelas bisikan itu,” tutur Lindung.
Mendapatkan bisikan itu, Lindung mengaku menurut. Ia lantas menyusuri rimbun hutan Mangrove yang menjadi akses satu-satunya kala itu menuju sumber mata air. Benar saja, Lindung menemukan mata air itu dan mulai mengalirkannya.
Selang beberapa hari, peristiwa tak kalah aneh kembali terjadi. Seorang kakek, berperawakan bungkuk dengan rambut putih mendatanginya dan bertanya soal sumber air itu. Mendapatkan penjelasan dari Lindung, sang kakek pun menitipkan pesan.
“Cuma kamulah yang bisa mengalirkan air ke pinggir pantai ini, kalau ada seandainya orang tersapo (kesambet-red) minumkan saja air ini sama dia, pasti sembuh,” kata Lindung menirukan ucapan si Kakek.
Kini, Lindung agaknya merasakan ucapan konon si kakek. Pernah, ada remaja yang tertusuk ekor ikan Pari. Tanpa fikir panjang, Lindung membawa air dan membasuhkannya di kaki remaja itu.
Penulis : Damai Mendrofa
Editor : Muklis
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya