“Awalnya dulu, pas waktu saya membersihkan tempat ini dan mendirikan pondoklah, ada yang membisikkan di telinga saya, untuk melihat air di bukit, gak ada orang, tapi saya mendengar jelas bisikan itu,” tutur Lindung.
Mendapatkan bisikan itu, Lindung mengaku menurut. Ia lantas menyusuri rimbun hutan Mangrove yang menjadi akses satu-satunya kala itu menuju sumber mata air. Benar saja, Lindung menemukan mata air itu dan mulai mengalirkannya.
Selang beberapa hari, peristiwa tak kalah aneh kembali terjadi. Seorang kakek, berperawakan bungkuk dengan rambut putih mendatanginya dan bertanya soal sumber air itu. Mendapatkan penjelasan dari Lindung, sang kakek pun menitipkan pesan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Cuma kamulah yang bisa mengalirkan air ke pinggir pantai ini, kalau ada seandainya orang tersapo (kesambet-red) minumkan saja air ini sama dia, pasti sembuh,” kata Lindung menirukan ucapan si Kakek.
Kini, Lindung agaknya merasakan ucapan konon si kakek. Pernah, ada remaja yang tertusuk ekor ikan Pari. Tanpa fikir panjang, Lindung membawa air dan membasuhkannya di kaki remaja itu.
“Bukan apa bang, sembuh kakinya. Gak langsung sembuh memang, tapi sakitnya reda. Padahal kalau kena ekor Pari kan bahaya. Jadi, gak tahu memang, teringat saja kata-kata oppung itu soal air. Ya kubuatkan. Dan terbukti pula,” urai Lindung.
Kisah mistis Pandaratan tidak itu saja. Entah sejak kapan, ada saja yang datang bukan sekedar berkunjung. Tapi melakukan ritual. Mereka membawa sesajen, menabur bunga atau makanan. Bahkan melepas ayam putih.
“Itu ayamnya bang. Ya, berkeliaran di sini. Ada dua ekor itu, yang satunya lagi entah kemana. Ya dibiarin saja, gak ada yang ganggu (ayam) itu bang,” kata Lindung.
Pengunjung Kian Ramai
Meski terangkai dalam beberapa cerita mitos, Pandaratan tak tergambarkan secara angker, apalagi menakutkan dan berbahaya. Lindung menuturkan, pengunjung yang datang ke tempat ini dari waktu ke waktu kian ramai. Bahkan, sering kali para pelajar dan mahasiswa menjadikan tempat ini sebagai tempat kemping.
Apalagi, kata Lindung untuk datang ke Pandaratan tidak sesulit dulu. Kendaraan roda dua dan empat sudah dapat parkir tak jauh dari tempat para pengelola wisata.

“Kalau pengunjung tidak hanya dari Tapteng dan Sibolga bang, dari Medan pun pernah. Bahkan ada pengunjung tetap itu bang, dari Sidimpuan, datang akhir pekan hanya untuk istirahat. Nanti dia tidur di ayunan, anaknya main di pantai, udah selesai main anaknya, mereka pulang,” kata Lindung.
Potensi Wisata Mangrove
Selain panorama keindahan dan suasana yang nyaman, Pandaratan menyimpan potensi lain yang layak untuk dikelola. Yakni hutan Mangrove. Pasalnya, selain tutupan hutan, terdapat sebentuk danau kecil, dan pohon-pohon mangrove mengelilinginya.
Meski terbilang dalam luasan yang sedikit, namun hutan ini tentu layak mendapatkan sentuhan pengembangan. Tentu, ide pengembangan tersebut dalam konsep wisata yang ramah dan berkelanjutan. Mengingat Mangrove menjadi satu aspek penting yang harus dijaga di kawasan pesisir.

Lindung mengakui, dalam proses berkembangnya Pandaratan hingga saat ini, Mangrove belum menjadi perhatian khusus. Kendati, ia dan sejumlah pengelola lain beberapa kali pernah terlibat diskusi tentang bagaimana pengembangan terhadap hutan tersebut.
“Apalagi memang hutan ini ada punya, jadi kalau mau ada pengelolaan, ya harus diskusi dulu. Tapi saya yakin, yang punya itu mungkin akan terbuka untuk kerjasama,” kata Lindung.
Butuh Dukungan dan Pembenahan
Menjaga Pesona Pandaratan, tentu membutuhkan dukungan banyak pihak. Tidak saja soal sarana dan prasara yang lebih mendukung bergeraknya aktifitas ekonomi. Tapi, juga upaya menjaga kelestarian dan terwujudnya pengelolaan wisata berkelanjutan.
Misalnya, dukungan terciptanya pengelolaan pantai yang lebih ramah. Kawasan Mangrove yang lebih terjaga serta pengelolaan sampah yang lebih bertanggungjawab.
Ekspektasi tersebut agaknya dapat terwujud pada masa mendatang. Lindung dan sejumlah pengelola lain, saat ini telah membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan menjadi mitra binaan dari Dinas Pariwisata Tapanuli Tengah.
Sementara, baru-baru ini, pihak Bank Indonesia juga telah datang berkunjung untuk bertemu pengurus Pokdarwis dan membahas tentang peluang kerjasama ke depan. Tidak itu saja, pengelola Bank Sampah Yamantab (BSY) juga telah bertemu dengan para pengurus dalam satu kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari sampah sachet.
Penulis : Damai Mendrofa
Editor : Muklis
Halaman : 1 2