“Bukan apa bang, sembuh kakinya. Gak langsung sembuh memang, tapi sakitnya reda. Padahal kalau kena ekor Pari kan bahaya. Jadi, gak tahu memang, teringat saja kata-kata oppung itu soal air. Ya kubuatkan. Dan terbukti pula,” urai Lindung.
Kisah mistis Pandaratan tidak itu saja. Entah sejak kapan, ada saja yang datang bukan sekedar berkunjung. Tapi melakukan ritual. Mereka membawa sesajen, menabur bunga atau makanan. Bahkan melepas ayam putih.
“Itu ayamnya bang. Ya, berkeliaran di sini. Ada dua ekor itu, yang satunya lagi entah kemana. Ya dibiarin saja, gak ada yang ganggu (ayam) itu bang,” kata Lindung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengunjung Kian Ramai
Meski terangkai dalam beberapa cerita mitos, Pandaratan tak tergambarkan secara angker, apalagi menakutkan dan berbahaya. Lindung menuturkan, pengunjung yang datang ke tempat ini dari waktu ke waktu kian ramai. Bahkan, sering kali para pelajar dan mahasiswa menjadikan tempat ini sebagai tempat kemping.
Apalagi, kata Lindung untuk datang ke Pandaratan tidak sesulit dulu. Kendaraan roda dua dan empat sudah dapat parkir tak jauh dari tempat para pengelola wisata.

“Kalau pengunjung tidak hanya dari Tapteng dan Sibolga bang, dari Medan pun pernah. Bahkan ada pengunjung tetap itu bang, dari Sidimpuan, datang akhir pekan hanya untuk istirahat. Nanti dia tidur di ayunan, anaknya main di pantai, udah selesai main anaknya, mereka pulang,” kata Lindung.
Potensi Wisata Mangrove
Selain panorama keindahan dan suasana yang nyaman, Pandaratan menyimpan potensi lain yang layak untuk dikelola. Yakni hutan Mangrove. Pasalnya, selain tutupan hutan, terdapat sebentuk danau kecil, dan pohon-pohon mangrove mengelilinginya.
Meski terbilang dalam luasan yang sedikit, namun hutan ini tentu layak mendapatkan sentuhan pengembangan. Tentu, ide pengembangan tersebut dalam konsep wisata yang ramah dan berkelanjutan. Mengingat Mangrove menjadi satu aspek penting yang harus dijaga di kawasan pesisir.

Lindung mengakui, dalam proses berkembangnya Pandaratan hingga saat ini, Mangrove belum menjadi perhatian khusus. Kendati, ia dan sejumlah pengelola lain beberapa kali pernah terlibat diskusi tentang bagaimana pengembangan terhadap hutan tersebut.
“Apalagi memang hutan ini ada punya, jadi kalau mau ada pengelolaan, ya harus diskusi dulu. Tapi saya yakin, yang punya itu mungkin akan terbuka untuk kerjasama,” kata Lindung.
Butuh Dukungan dan Pembenahan
Menjaga Pesona Pandaratan, tentu membutuhkan dukungan banyak pihak. Tidak saja soal sarana dan prasara yang lebih mendukung bergeraknya aktifitas ekonomi. Tapi, juga upaya menjaga kelestarian dan terwujudnya pengelolaan wisata berkelanjutan.
Misalnya, dukungan terciptanya pengelolaan pantai yang lebih ramah. Kawasan Mangrove yang lebih terjaga serta pengelolaan sampah yang lebih bertanggungjawab.
Ekspektasi tersebut agaknya dapat terwujud pada masa mendatang. Lindung dan sejumlah pengelola lain, saat ini telah membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan menjadi mitra binaan dari Dinas Pariwisata Tapanuli Tengah.
Penulis : Damai Mendrofa
Editor : Muklis
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya