Scroll untuk baca artikel
HeadlineLingkungan

WALHI Sumut Sebut Banjir Bandang dan Longsor di Tapsel–Tapteng–Madina Akibat Kerusakan Ekosistem Batang Toru

×

WALHI Sumut Sebut Banjir Bandang dan Longsor di Tapsel–Tapteng–Madina Akibat Kerusakan Ekosistem Batang Toru

Sebarkan artikel ini
banjir bandang
Banjir bandang akibat meluapnya Sungai Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Selasa (25/11/2025). Foto: Dok.Walhi Sumut.

Topikseru.com – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Utara menyoroti rentetan bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, serta Kota Sibolga pada Selasa (25/11/2025).

WALHI Sumut menilai bencana ini bukan sekadar fenomena alam, melainkan konsekuensi dari rusaknya ekosistem Batang Toru sebagai kawasan penyangga resapan air.

Eksekutif Daerah WALHI Sumut, Jaka Kelana, menyebut bencana yang terjadi merupakan “bencana ekologis” akibat laju deforestasi yang dipicu aktivitas perusahaan ekstraktif yang memperoleh izin dari pemerintah.

“Kerusakan hutan ini adalah dampak dari kebijakan pemerintah yang memberikan ruang bagi perusahaan-perusahaan besar. Laju deforestasi di Batang Toru sudah sangat tinggi,” kata Jaka kepada Topikseru.com saat ditemui di Medan, Selasa (25/11/2025).

Material Kayu Banjiri Sungai, Tanda Kerusakan Serius

Jaka menambahkan, kerusakan tersebut terlihat jelas dari beredarnya video banjir yang membawa tumpukan kayu dalam jumlah besar di Sungai Batang Toru.

Baca Juga  HUT Ke-79 RI: Pj Gubernur Sumut Sebut Sebagai Momentum Meningkatkan Kesejahteraan

“Dari video yang beredar luas, kita bisa melihat kayu-kayu besar hanyut bersama banjir. Itu tidak mungkin terjadi tanpa adanya pembukaan hutan dalam skala besar,” tegasnya.

WALHI Soroti Operasional Tambang Emas PT Agincourt Resources

WALHI Sumut menyoroti salah satu perusahaan yang menurut penilaian memberi dampak besar terhadap degradasi ekosistem Batang Toru, yakni tambang emas Martabe yang pengelolaannya oleh PT Agincourt Resources (PT AR).

Tambang tersebut beroperasi berdasarkan Kontrak Karya dengan pemerintah selama 30 tahun. Luas wilayah konsesinya terus berkembang, dari 65.600 hektare pada 1997 menjadi 130.252 hektare pada 2022, meliputi empat kabupaten: Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Mandailing Natal.