Sepanjang jalan menuju Desa Selamat, prajurit ini menggeber-geber sepeda motor. Mereka kemudian berhenti di sebuah warung, tepatnya berada di seberang Jambur Sada Nioga, lalu menanyakan keberadaan D dengan marah-marah sehingga menimbulkan keributan. Kericuhan berawal dari sini.
“Peristiwa ketiga adalah saat warga Dusun Empat Cinta Adil, Desa Selamat, merespons aksi sweeping oleh prajurit Yonarmed. Warga yang mendengar keributan oleh sekelompok orang dengan berpakaian sipil dan membawa senjata, menduga ada yang membuat onar di kampungnya,” ujar Ady Yoga Kemit.
Sejumlah warga yang tidak mengetahui bahwa sekelompok orang yang membuat keributan itu adalah prajurit dari Batalyon Armed, mulai mengejar mereka. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 21.40 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lantaran kalah jumlah, kata Ady, prajurit TNI mundur dan berlarian kembali ke markas Batalyon Armed 2/105 Kilap Sumagan yang jaraknya sekitar 1,7 kilometer. Dalam peristiwa ini sejumlah sepeda motor tertinggal dan beberapa prajurit ada yang lari bukan ke arah markas. Salah satunya ke warung kopi Gang Sari.
Selanjutnya, adalah fase keempat. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 22.15 WIB, prajurit Yonarmed 2/KS kembali melakukan penyerangan kepada warga desa. Serangan ini sebagai reaksi dari 10 orang prajurit yang melakukan sweeping karena dipukul mundur oleh warga.
“Pada fase keempat ini, serangan prajurit TNI dari Batalyon Armed dilakukan dalam jumlah besar, masif dan membabi buta. Mereka menggedor rumah, membacok, memiting, memukul, menginjak siapa saja warga yang masih ada di lokasi. Serangan di fase ini pula yang menyebabkan banyak korban berjatuhan,” kata Ady Kemit.
2. Misinformasi yang Berujung Fatal
Kontras Sumut mendapatkan fakta bahwa terjadi misinformasi di masing-masing pihak, baik pihak prajurit TNI dari Batalyon Armed 2/105 Kilap Sumagan maupun dari warga Dusun Empat Cinta Adil, Desa Selamat.
Terjadinya misinformasi menjadi faktor penting untuk melihat peristiwa ini secara utuh.
Ady menjelaskan, misinformasi diterima oleh warga desa saat prajurit TNI melakukan sweeping untuk mencari D dan kawan-kawan. Warga menduga bahwa 10 prajurit TNI yang melakukan sweeping dengan berpakaian sipil, menenteng senjata tajam dan menggeber-geber motor, serta bertindak arogan, sebagai geng motor.
Sebaliknya, di pihak TNI setelah dipukul mundur warga saat aksi sweeping, menduga beberapa prajurit yang tidak kembali ke barak karena berlarian ke arah lain, sudah disekap oleh warga.
Menurut keterangan warga, memang ada prajurit yang berlarian ke arah berbeda (tidak pulang ke markas). Salah satu yang bisa diidentifikasi adalah prajurit bernama Andre Ginting yang diketahui menuju ke sebuah warung kopi di Gang Sari.
“Misinformasi ini berakibat fatal. Hal ini menyebabkan konflik semakin masif dan tidak terbendung. Terlebih, rententan kejadian yang berjarak sangat dekat, ditambah keadaan yang sangat mendukung menyebabkan kekeliruan informasi, yakni adanya dugaan geng motor dan penyekapan prajurit dan mendapat respons yang berlebihan oleh masing-masing pihak,” ujar Ady.
3. Para Korban adalah Warga Tak Bersalah
Fakata menarik lainnya yang berhasil Kontras Sumut himpun adalah bahwa sejumlah korban dalam peristiwa ini adalah mereka yang tidak mengetahui bahkan tidak tahu duduk persoalannya.
Setelah 10 prajurit Yon Armed melakukan sweeping mencari D dan kawan-kawan menimbulkan kericuhan, sehingga banyak warga lain berdatangan ke Dusun Empat Cinta Adil.
Kebanyakan warga menduga sekelompok orang yang datang ke desa mereka adalah kelompok geng motor. Namun, tak berselang lama atau sekitar pukul 22.15 WIB, gelombang penyerangan dari prajurit Yon Armed dengan kekuatan masif dan membabi buta kembali menyerang lokasi tersebut.
Hal ini yang menjadi penyebab Raden Aliman Barus (61), korban tewas, datang ke lokasi kejadian.
Mendengar adanya penyerangan dari kelompok geng motor di Dusun Cinta Adil, Raden Aliman khawatir dengan anak dan cucunya yang tinggal di dusun itu, lalu dia mendatangi lokasi.
Raden yang sehari-hari bekerja sebagai petani serta sosok yang dituakan dikampung justru menjadi korban tewas dalam peristiwa ini.
Penulis : Muchlis
Editor : Damai Mendrofa
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya