“Saya dikenalkan kepada Fika dia katanya punya akses langsung ke jalur khusus di universitas. Sebab dia juga saat itu mantan manajer Bimbel Genza Education yang bekerja sama dengan sekolah. Informasi ini kami dapatkan dari lingkungan sekolah, jadi saya sama sekali tidak curiga, awalnya,” ucap D, saat diwawancarai Senin (3/2/2025).
D menjelaskan bahwa prosesnya dibuat seolah-olah resmi, mulai dari pengumpulan dokumen, formulir pendaftaran, hingga tahap pembayaran yang disebut sebagai dana komitmen.
Namun, setelah uang ditransfer, komunikasi dengan pihak yang menjanjikan jalur khusus tersebut semakin sulit. Sampai akhirnya, ketika pengumuman penerimaan mahasiswa baru tiba, anaknya tidak masuk dalam daftar mahasiswa yang diterima.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal serupa juga dialami korban lainnya, berinisial B, yang mengalami kerugian Rp150 juta. Ia menceritakan bahwa pihak yang menawarkan jalur ini mengetahui detail nilai dan prestasi akademik anaknya, skema yang sama dilakukan, namun B, dikenalkan kepada Fika melalui wakil kepala sekolah. Hal itu kemudian membuatnya yakin bahwa program tersebut benar-benar ada.
Kali ini, B, ditawari oleh Fika dan dikuatkan keyakinannya dari lingkungan sekolah. Anaknya disebut dapat diluluskan ke Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh (Unimal).
“Saya percaya karena wakil kepala sekolah menyebutkan jika anak saya bisa diluluskan ke Unimal. Mereka juga kan memiliki akses ke data akademik anak saya. Mereka bilang anak kami sudah memenuhi standar dan hanya perlu membayar sejumlah uang sebagai bagian dari proses administratif. Kami tidak berpikir panjang karena merasa sekolah pun mengetahui adanya program ini,” ujarnya.
Namun, setelah pembayaran dilakukan, pihak yang menjanjikan jalur khusus ini mulai menghindar, sulit dihubungi, dan tidak memberikan informasi jelas terkait status anaknya di perguruan tinggi yang dijanjikan.
Penulis : Zei
Editor : Muchlis
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya