Topikseru.com – Situasi imunisasi anak di Indonesia makin mengkhawatirkan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkap bahwa hingga tahun 2025, baru empat provinsi yang cakupan imunisasinya lengkap, sementara 13 provinsi gagal mencapai target minimal 90 persen selama tiga tahun berturut-turut.
Akibatnya, kejadian luar biasa (KLB) campak dan rubella merebak di 31 provinsi dan 181 kabupaten/kota, dengan total lebih dari 2.000 kasus di seluruh Indonesia tahun ini.
21 dari 22 Anak yang Meninggal Belum Imunisasi
Dan yang paling mengerikan, yakni 22 anak meninggal dunia di Sumenep, Madura, sebagian besar balita yang belum pernah imunisasi campak-rubella (MR).
“Waktu bulan Agustus masih 17 anak meninggal, sekarang sudah mencapai 22, mungkin lebih. Dari 22 anak yang meninggal, 18 di antaranya balita. Dan dari 22 itu, 21 belum imunisasi MR atau campak-rubella,” kata dr. Soedjatmiko, Anggota Satgas Imunisasi IDAI, dalam webinar di Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Dia menegaskan, imunisasi adalah cara paling efektif melindungi anak dari penyakit berbahaya, seperti TB, hepatitis B, polio, difteri, pertusis, tetanus, campak, rubella, hingga kanker serviks.
“Setiap tahunnya, 20–30 persen bayi dan balita Indonesia berisiko sakit berat, cacat, bahkan meninggal karena imunisasinya belum lengkap,” ujarnya.
Lebih parah lagi, hampir satu juta bayi di Indonesia belum pernah imunisasi sama sekali.
Cakupan Imunisasi Turun, Risiko KLB Naik
Saat ini, hanya 84 kabupaten/kota yang berhasil mencapai target imunisasi bayi lengkap.
Menurut IDAI, untuk melindungi seluruh anak, cakupan minimal harus 90 persen—idealnya 95 persen.