Tradisi Mistis Malam Satu Suro: Mengapa Tidak Boleh Keluar Rumah?

Rabu, 25 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tradisi dan larangan di malam satu suro

Tradisi dan larangan di malam satu suro

Topikseru.com – Malam Satu Suro adalah salah satu momen paling sakral dan penuh makna dalam kebudayaan Jawa. Perayaan ini bertepatan dengan 1 Muharram, yaitu Tahun Baru Hijriah, yang menandai dimulainya tahun baru Islam.

Bagi masyarakat Jawa, malam ini bukan hanya malam pergantian tahun, melainkan malam yang dipenuhi nuansa mistis, spiritual, dan refleksi diri.

Istilah “Suro” sendiri berasal dari penyebutan bulan Muharram dalam bahasa Jawa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengertian Malam Satu Suro

Menurut situs Kemendikbud RI, Satu Suro adalah penanda awal bulan pertama dalam kalender Jawa, yaitu bulan Suro, yang sistem penanggalannya mengacu pada kalender Jawa.

Sedangkan malam satu Suro merujuk pada malam yang datang setelah waktu magrib sebelum tanggal 1 Suro itu sendiri, karena pergantian hari dalam kalender Jawa dimulai saat matahari terbenam, bukan tengah malam seperti dalam kalender Masehi.

Kementerian Agama RI juga menyatakan bahwa bulan Suro diyakini sebagai bulan yang sangat sakral oleh masyarakat Jawa, bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Islam.

Masyarakat Jawa percaya bahwa malam ini adalah saat di mana dunia gaib dan dunia manusia menjadi lebih dekat, sehingga banyak ritual dilakukan untuk menolak bala, introspeksi, dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Sejarah dan Asal Usul Malam Satu Suro

Penciptaan kalender Jawa tidak terlepas dari sosok besar Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja Kesultanan Mataram Islam.

Baca Juga  Kalender Jawa Hari Ini 12 Agustus 2025, Kenali Watak dan Arti Weton Selasa Legi

Pada tahun 1633 Masehi atau 1555 Saka, Sultan Agung memperkenalkan kalender Jawa sebagai hasil perpaduan kalender Saka (Hindu), kalender Hijriah (Islam), dan kalender Masehi (Barat).

Langkah ini bukan tanpa tujuan. Sultan Agung ingin menyatukan berbagai kelompok masyarakat, terutama antara santri (Islam) dan abangan (kepercayaan lokal/Hindu-Buddha).

Dalam kalender ini, 1 Suro ditetapkan sebagai hari pertama dalam tahun baru Jawa dan diselaraskan dengan 1 Muharram, sebagai bentuk Islamisasi budaya lokal tanpa menghapus nilai-nilai tradisional.

Mengutip dari Tirto.id, penyesuaian kalender ini juga dilakukan oleh Sunan Giri II, seorang tokoh penting dalam Kerajaan Demak pada sekitar tahun 931 H (Hijriah).

Penyatuan penanggalan ini menjadi dasar penting dalam mengukuhkan identitas Jawa-Islam yang unik dan penuh filosofi.

Makna Filosofis dan Spiritual Malam Satu Suro

Malam satu Suro bukan sekadar malam tahun baru, melainkan momen perenungan spiritual yang sangat mendalam.

Bagi masyarakat Jawa, malam ini diyakini sebagai waktu terbaik untuk menyepi, bertafakur, melakukan lelaku, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Dalam praktiknya, banyak orang melakukan tirakat, puasa, zikir, membaca doa, hingga ziarah ke makam leluhur.

Follow WhatsApp Channel topikseru.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

SMARTFREN Perluas Jaringan 3X Lebih Luas di Batam Gelar Ajang SMARTFREN Fun Run 2025
Sosok Rahmat Shah, Ayah Raline Shah yang Jadi Korban Penipuan Rp 254 Juta: Pengusaha dan Pendiri Museum
Aktivis di Medan Bahas Strategi Hadapi Represifitas Aparat: Negara Selalu Cari Hantu Baru
3 Pelajaran dari Vivi Sihay: Dari Kursi Roda ke Kerajinan Bernilai
Kisah Tgk Muchtar Andhika, Imam Besar Termuda Kota Sabang: Gen Z yang Memimpin dari Mihrab
Hitungan Weton Jodoh Jawa yang Paling Akurat untuk Menentukan Pasangan Hidup
Arti Mimpi Suami Selingkuh dengan Mantan: Pertanda Rindu, Trauma, atau Rasa Insecure?
Tanggal Baik Menikah Menurut Feng Shui 2026 untuk Awal Bahagia

Berita Terkait

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 00:30

SMARTFREN Perluas Jaringan 3X Lebih Luas di Batam Gelar Ajang SMARTFREN Fun Run 2025

Rabu, 15 Oktober 2025 - 17:44

Sosok Rahmat Shah, Ayah Raline Shah yang Jadi Korban Penipuan Rp 254 Juta: Pengusaha dan Pendiri Museum

Minggu, 12 Oktober 2025 - 07:01

Aktivis di Medan Bahas Strategi Hadapi Represifitas Aparat: Negara Selalu Cari Hantu Baru

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 15:38

3 Pelajaran dari Vivi Sihay: Dari Kursi Roda ke Kerajinan Bernilai

Kamis, 2 Oktober 2025 - 16:01

Kisah Tgk Muchtar Andhika, Imam Besar Termuda Kota Sabang: Gen Z yang Memimpin dari Mihrab

Berita Terbaru