Topikseru.com – Pernikahan Wage Pahing ternyata tidak dianjurkan, karena beberapa alasan dan ini solusinya menurut budaya Jawa
Dalam budaya Jawa, weton adalah kombinasi antara hari kelahiran (misalnya Senin, Selasa, Rabu, dst.) dengan pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).
Sistem penanggalan ini telah digunakan selama ratusan tahun oleh leluhur sebagai panduan hidup.
Weton diyakini memengaruhi kepribadian, rezeki, kesehatan, hingga kecocokan jodoh. Ia bukan sekadar tanggal lahir, melainkan simbol energi yang menyertai seseorang sejak ia dilahirkan. Dalam adat Jawa, weton digunakan untuk:
-
Menentukan hari baik untuk pernikahan
-
Menghitung kecocokan pasangan
-
Meramal perjalanan hidup berdasarkan sifat bawaan
Karena itu, sebelum menikah, orang Jawa kerap membandingkan weton calon pasangan untuk melihat harmoni dan keseimbangannya.
Wage dan Pahing: Kombinasi yang Dianggap Kurang Harmonis
Pasangan dengan weton Wage dan Pahing sering kali menjadi bahan pertimbangan serius bagi para sesepuh atau orang tua yang memegang teguh tradisi Jawa.
Bukan tanpa alasan, kombinasi ini dipercaya memiliki perbedaan energi dasar yang cukup besar, sehingga dalam kehidupan rumah tangga dapat memunculkan gesekan jika tidak ada pengendalian yang tepat.
Dalam primbon Jawa, setiap pasaran memiliki karakter unik yang memengaruhi sifat dan jalan hidup seseorang.
Wage dikenal memiliki sifat yang cenderung tenang, hemat, dan teliti, namun kadang dianggap terlalu hati-hati atau lambat mengambil keputusan.
Sebaliknya, Pahing memiliki karakter energik, berani, dan tegas, namun bisa terkesan keras kepala dan sulit diatur. Jika sifat-sifat ini bertemu tanpa ada keseimbangan, maka potensi konflik pun meningkat.
Sifat Detail Wage dan Pahing Menurut Primbon Jawa
Dalam primbon Jawa, setiap pasaran memiliki karakter bawaan yang terbentuk dari perpaduan energi hari kelahiran dan pasaran itu sendiri. Sifat ini diyakini memengaruhi cara seseorang berpikir, bertindak, hingga berinteraksi dengan orang lain. Memahami sifat dasar Wage dan Pahing sangat penting untuk menjelaskan mengapa keduanya kerap dianggap kurang harmonis ketika disatukan dalam pernikahan.
1. Karakter Pasaran Wage
Pasaran Wage dikenal memiliki neptu 4. Orang yang lahir pada pasaran ini umumnya memiliki sifat:
-
Tenang dan hemat – Mereka pandai mengatur keuangan, cenderung tidak boros, dan suka menyimpan untuk masa depan.
-
Teliti dan hati-hati – Setiap langkah dipertimbangkan dengan matang, jarang mengambil keputusan terburu-buru.
-
Setia dan konsisten – Wage sangat menjaga komitmen, baik dalam hubungan maupun pekerjaan.
-
Kurang spontan – Karena terlalu banyak pertimbangan, Wage terkadang terlihat lamban dalam merespon peluang.
-
Sulit terbuka pada orang baru – Mereka membutuhkan waktu lama untuk percaya sepenuhnya pada orang lain.
Kelebihan Wage adalah kemampuannya menjaga kestabilan, namun kelemahannya ada pada kurangnya fleksibilitas ketika harus beradaptasi dengan perubahan mendadak.
2. Karakter Pasaran Pahing
Pasaran Pahing memiliki neptu 9 dan cenderung memancarkan energi yang kuat, aktif, dan ambisius. Orang yang lahir pada pasaran ini biasanya:
-
Berani mengambil risiko – Tidak takut mencoba hal baru atau membuat keputusan besar.
-
Energik dan pekerja keras – Memiliki stamina tinggi dan semangat besar untuk mencapai tujuan.
-
Percaya diri dan dominan – Cenderung memimpin dalam berbagai situasi, bahkan terkadang terlalu memaksakan kehendak.
-
Cepat mengambil keputusan – Tidak suka menunda, langsung bertindak begitu melihat peluang.
-
Kurang sabar – Karena sifatnya yang dinamis, Pahing sering merasa frustrasi bila proses berjalan lambat.
Kekuatan Pahing terletak pada kemampuan memimpin dan bergerak cepat, tetapi kelemahannya adalah kurangnya kesabaran dan kecenderungan untuk bersikap keras kepala.
3. Potensi Gesekan dalam Hubungan Wage-Pahing
Bila sifat dasar ini digabungkan dalam pernikahan, perbedaan yang mencolok akan terlihat jelas:
-
Wage yang tenang bisa merasa tertekan oleh Pahing yang agresif.
-
Pahing yang cepat bisa frustrasi dengan Wage yang hati-hati.
-
Wage fokus pada stabilitas jangka panjang, sedangkan Pahing fokus pada pencapaian cepat.
Perbedaan inilah yang oleh para sesepuh dianggap sebagai benturan energi. Jika tidak ada kesadaran untuk saling menyesuaikan diri, hubungan bisa mengalami banyak perdebatan dan salah paham.
4. Titik Temu: Pancer dalam Hubungan
Meski terlihat berlawanan, kombinasi Wage dan Pahing juga memiliki potensi saling melengkapi.
-
Wage dapat mengajarkan Pahing untuk lebih sabar dan terukur dalam mengambil keputusan.
-
Pahing dapat memotivasi Wage untuk lebih berani dan cepat bertindak.
-
Keduanya bisa membentuk keseimbangan antara stabilitas dan kemajuan bila saling menghargai kelebihan masing-masing.
Dengan kesadaran diri, komunikasi yang terbuka, dan penghormatan terhadap adat, pasangan Wage-Pahing tetap dapat membangun rumah tangga yang harmonis.
Berikut tabel perbandingan sifat Wage dan Pahing menurut primbon Jawa yang bisa memperjelas perbedaan keduanya:
Aspek | Wage (Neptu 4) | Pahing (Neptu 9) |
---|---|---|
Sifat Umum | Tenang, hemat, teliti | Energik, berani, ambisius |
Cara Mengambil Keputusan | Lambat dan penuh pertimbangan | Cepat dan tegas |
Kekuatan Utama | Menjaga stabilitas, konsisten | Memimpin, memotivasi, penuh semangat |
Kelemahan Utama | Kurang fleksibel, mudah ragu-ragu | Kurang sabar, keras kepala |
Gaya Berkomunikasi | Lembut, cenderung menahan pendapat | Terbuka, blak-blakan, cenderung dominan |
Fokus Hidup | Stabilitas jangka panjang | Pencapaian cepat, hasil instan |
Respons terhadap Masalah | Menghadapi dengan sabar dan hati-hati | Langsung mengambil tindakan |
Kecenderungan Emosional | Kalem, jarang meledak | Mudah terbakar emosi, ekspresif |
Kecocokan dengan Pasangan | Cocok dengan yang aktif namun sabar | Cocok dengan yang tenang namun mau menyesuaikan diri |
Potensi Gesekan | Terasa lamban di mata pasangan | Terasa terlalu memaksa di mata pasangan |
Arah Keblat Menurut Pasaran Jawa
Salah satu dasar perhitungan kecocokan weton adalah arah keblat pasaran. Dalam hitungan adat Jawa:
-
Wage → Utara
-
Pahing → Selatan
Kedua arah ini saling berseberangan secara langsung. Dalam filosofi Jawa, arah keblat bukan hanya petunjuk geografis, tetapi juga simbol alur energi kehidupan. Arah yang berlawanan diartikan sebagai arus energi yang tidak sejalan, sehingga hubungan memerlukan usaha ekstra untuk menemukan titik temu.
Perumpamaan dalam Ilmu Magnet
Jika dianalogikan dengan ilmu magnet, dua kutub yang berbeda memang saling tarik, namun daya tarik ini juga bisa menjadi sumber ketegangan. Tarikan yang terlalu kuat dapat menimbulkan gesekan besar ketika ada perbedaan pendapat atau tujuan. Dalam hubungan suami-istri, kondisi ini dapat membuat kedua pihak saling mendorong dan menarik secara emosional, yang pada akhirnya menguras energi.
Makna dalam Kehidupan Rumah Tangga
Perbedaan arah keblat Wage dan Pahing sering diartikan sebagai potensi tarik-menarik emosi. Salah satu pihak mungkin ingin bergerak ke arah tertentu, sementara pihak lain memiliki pandangan yang berbeda. Jika tidak diimbangi dengan komunikasi yang sehat, perbedaan ini bisa berkembang menjadi konflik yang sulit diselesaikan.
Namun, dalam pandangan para sesepuh, perbedaan ini bukan berarti tidak bisa bersatu. Justru, bila mampu menemukan pancer atau titik tengah, pasangan Wage dan Pahing dapat saling melengkapi—menggabungkan sifat tenang Wage dengan semangat Pahing untuk membentuk keseimbangan yang unik.