“Kalau mata airnya kotor, maka akan melahirkan para alumni yang juga kotor. Karenanya, KAHMI dan HMI tidak bisa terpisahkan. Bahkan, setelah kami telusuri lebih jauh tujuan HMI yang termaktub pada Pasal 4, ada dua penggalan dari tujuan itu yang tidak bisa hanya HMI sendiri yang mewujudkannya,” ujar Dadang.
HMI dan KAHMI
Dia merinci, tujuan HMI tersebut terbagi dalam dua penggalan, yakni “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, Yang Bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab” dan penggalan kedua “Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang Diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala”.
Pada penggalan pertama, kata pria yang juga akademisi ini, menjadi tanggung jawab dari organisasi HMI saat masih berada di lingkungan kampus dan dalam waktu yang terbatas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sedangkan pada untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dan mendapat ridho Allah Subhanahu Wa Ta’la, merupakan peran alumni melalui Korps Alumni HMI.
“Kedua penggalan tujuan HMI itu tidak dapat ditukar fungsi dan perannya. Sehingga ketika mata air HMI ini terabaikan menjadi kotor, melahirkan perampok, maka yang akan lahir adalah alumni-alumni yang juga perampok. Demikian juga KAHMI, selain ada tanggung jawab untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan mendapat ridho Allah. Untuk mendapat ridho Allah itu tentunya bukan dengan melanggengkan dinasti dan politik oligarki,” kata Dadang.
Namun, Dadang Darmawan juga menyampaikan otokritik terhadap fenomena yang terjadi di tataran para alumni yang masih menafikan HMI sebagai organisasi mata air yang telah melahirkan mereka.
Fenomena ini terbentuk oleh perasaan ‘power individual’ yang menganggap KAHMI tidak berperan dalam karier seorang alumni. Hal ini kata Dadang, menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi alumni yang lahir pada 17 September 1966 itu.
“Jadi, kita ini lahir sebagai insan pecipta dan pengabdi atau insan cita, dengan semangat Islam dan bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur. Makanya kita ini nasionalis dan religius,” pungkasnya.