Gugum mengaku setelah tiba di goa tersebut dia tidak sadarkan diri. Saat terbangun, dia menyadari sosok kakek yang mendatanginya sudah berada di sampingnya.
Sang kakek yang terlihat seperti layaknya manusia normal lalu mengelus punggung Gugum.
“Duduk saja di sini, baca salawat dan istighfar,” cerita Gugum menirukan ucapan kakek tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selanjutnya, kakek tersebut menuntun Gugum untuk mengikuti gerakannya. Gugum semula bingung dengan doa yang diucapkan sang kakek.
Dalam keadaan kebingungan, Gugum terus mengikuti instruksi dari sosok tersebut. Dia menyilangkan kaki dan meletakkan tangan dengan posisi jari manis menyentuh ibu jari, di atas paha.
Gugum kembali merasakan tak sadarkan diri dan terbangun saat mendengar suara seperti suara napas macan dan desingan ular. Dia penasaran dan mencoba mengintip, tetapi tidak dapat melihat apa-apa.
Dia hanya melihat banyak kunang-kunang beterbangan. Semakin lama, kunang-kunang itu berubah menjadi kabut hitam. Gugum kembali tak sadarkan diri.
Untuk kesekian kalinya Gugum kembali terbangun dan kali ini dia sudah berada di tengah hamparan padang rumput yang menjulang.
“Kok saya ada di tempat ini,” kata Gugum.
Dengan suasana hati yang tak karuan, dia segera mencari tahu tempat tersebut. Di tengah kebingungannya, Gugum melihat seorang laki-laki sedang mencangkul.
Dia kemudian menghampiri sosok yang ternyata seorang kakek. Sang kakek mengajak Gugum ke desa yang tak pernah ia temui sebelumnya.
Semula, Gugum merasa senang bahwa telah menemukan jalan keluar dari hutan aneh tersebut. Di rumah rumah si kakek, dia mendapat hidangan yang lezat.
Gugum mengatakan suasana desa tersebut sangat sederhana, istri sang kakek masih menggunakan tungku untuk menanak nasi.
Penulis : Muchlis
Editor : Damai Mendrofa
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya