Namun, di tengah gelapnya situasi, kedatangan relawan MLFC menjadi pengingat bahwa mereka tidak sendirian.
“Alhamdulillah, ini hari ke-9 MLFC menyalurkan bantuan. Bantuan ini titipan solidaritas dari warga Medan untuk saudara-saudara kita di Aceh Tamiang,” ucap Gumilar.
Awalnya, seluruh logistik berasal dari kantong pribadi anggota MLFC. Tetapi, ketika kabar perjuangan tim menyebar, bantuan dari masyarakat mulai berdatangan.
Menembus Malam, Membawa Harapan
Dengan mobil pickup dan kendaraan semi off-road, relawan MLFC menyusuri jalanan gelap. Tak jarang mereka harus berhenti untuk menyingkirkan lumpur atau melintasi jalur air.
Di setiap desa yang mereka masuki, mereka bukan cuma membagikan paket sembako. Mereka memberi pelukan, obrolan singkat, dan harapan.
Karena di banyak titik, bantuan bukan soal beras atau air, tapi soal memastikan warga tidak merasa ditinggalkan.

Kebutuhan Mendesak: Obat-obatan dan Makanan Bayi Mulai Menipis
Memasuki hari ke-12 pasca banjir, MLFC mencatat masih banyak desa yang belum bisa terakses kendaraan besar.
Kondisi ini membuat distribusi bantuan sering terhambat dan warga terpaksa bertahan dengan apa yang tersisa.
Kebutuhan paling mendesak saat ini:
- Sembako
- Air bersih
- Makanan bayi
- Susu bayi
- Obat-obatan
- Kebutuhan khusus perempuan
“Obat-obatan sangat kritis. Banyak warga mulai sakit karena terpaksa minum air banjir untuk bertahan hidup,” kata Gumilar.












