Scroll untuk baca artikel
Komunitas

Peringati Hari HAM Internasional, OMS di Sumut Soroti Masifnya Kekerasan dan Lemahnya Penegakan Hukum

×

Peringati Hari HAM Internasional, OMS di Sumut Soroti Masifnya Kekerasan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Sebarkan artikel ini
Hari HAM Internasional 2025
Diskusi panel oleh sejumlah Organisasi Masyarakat Sipil dalam memperingati Hari HAM Internasional 2025 di Seruang Cafe, Jalan Sisingamangaraja, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (10/12/2025). Foto: Topikseru.com/Agus Sinaga

“Yang paling banyak terlibat dalam pelanggaran HAM adalah aparat Kepolisian. Penegakan hukumnya lemah, sehingga pelaku tidak jera,” kata Ady.

Kekerasan terhadap Jurnalis Kian Mengkhawatirkan

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan, Tonggo Simangungsong, menambahkan bahwa jurnalis juga berada dalam posisi rentan. Ia mengutip laporan Yayasan TIFA yang mencatat 73 kasus kekerasan terhadap pers sepanjang tahun terakhir.

“Intimidasi, kekerasan fisik, pelecehan daring hingga kasus kematian masih terus terjadi. TNI dan Polri adalah pihak yang paling banyak dilaporkan terlibat,” ungkap Tonggo.

Menurutnya, kondisi ini menunjukkan bahwa kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi masih belum sepenuhnya dihormati.

LBH Medan: Anak Muda Enggan Bersuara karena Ancaman dan Kekerasan

Dari perspektif generasi muda, Irvan Syahputra, Direktur LBH Medan, menjelaskan tiga faktor utama yang membuat banyak anak muda enggan menyuarakan isu HAM:

  • Kemiskinan struktural
  • Ancaman terhadap mereka yang berbicara
  • Normalisasi kekerasan dalam ruang sosial
Baca Juga  Kasus Penembakan Anak oleh Kapolres Belawan Masih Gelap, LBH Medan Desak Transparansi Penegakan Hukum

“Tidak sedikit kita mendengar ancaman, intimidasi, bahkan kriminalisasi terhadap mereka yang berani bersuara,” kata Irvan.

Dia menilai perlu ada ruang aman agar generasi muda dapat kembali berperan aktif dalam advokasi HAM tanpa merasa terancam.

Diskusi Berlanjut dengan Penampilan Seni dan Aksi Kebudayaan

Hingga berita ini diturunkan, rangkaian peringatan Hari HAM Internasional tersebut masih berlanjut. Selain diskusi panel, panitia juga menggelar berbagai kegiatan seni seperti musik, teater, pembacaan puisi, pameran poster, hingga seni lukis.

Kegiatan ini menjadi wadah bagi OMS dan komunitas lokal untuk merawat solidaritas dan memperkuat gerakan HAM di Sumatera Utara melalui pendekatan budaya.