Ayah Kerry, Riza Chalid, disebut-sebut sebagai salah satu pihak yang ikut terlibat dalam pertemuan kontroversial ini.
Pertemuan tersebut berlangsung di Hotel Ritz-Carlton pada Juni 2015 dan juga dihadiri oleh Maroef Sjamsoedin, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia saat itu.
Rekaman percakapan antara Setnov dan Riza Chalid yang dilakukan oleh Maroef menjadi bukti penting dalam skandal ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam rekaman tersebut, terungkap bahwa Setnov dan Riza Chalid berupaya mencari dukungan agar kontrak Freeport dapat diperpanjang dengan imbalan saham.
Namun, kasus ini akhirnya dianggap selesai tanpa pemeriksaan lebih lanjut terhadap Riza Chalid. Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa bukti yang ada tidak cukup valid, sehingga proses hukumnya dihentikan.
Kasus korupsi ini memberikan dampak besar terhadap perekonomian nasional. Kerugian sebesar Rp193,7 triliun bukanlah angka yang kecil. Dana yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat malah masuk ke kantong para pelaku korupsi.
Selain itu, kepercayaan masyarakat terhadap Pertamina sebagai perusahaan BUMN semakin menurun.
Publik menuntut adanya reformasi dan transparansi dalam pengelolaan minyak mentah serta produk kilang agar kasus serupa tidak terulang di masa mendatang.
Skandal korupsi di tubuh Pertamina menunjukkan bahwa praktik kecurangan dalam pengelolaan minyak mentah masih menjadi masalah serius di Indonesia.
Dengan keterlibatan pejabat tinggi dan pengusaha besar, kasus ini menjadi salah satu skandal keuangan terbesar yang pernah terungkap.
Kejagung berjanji akan mengusut tuntas kasus ini dan memastikan para tersangka mendapatkan hukuman yang setimpal.
Masyarakat berharap agar penegakan hukum tidak tebang pilih dan sistem tata kelola BUMN dapat diperbaiki agar lebih transparan dan akuntabel di masa depan. (*)
Sumber: Tempo, CNN Indonesia