“Dengan adanya kombinasi kenaikan harga pangan dan energi dan disrupsi rantai pasok, inflasi terjadi di berbagai negara maju,” ujar Sri Mulyani.
Walhasil, kenaikan harga-harga itu mendapat respons dengan kenaikan suku bungan oleh bang sentral negara maju. Kenaikannya tidak kecil, bahkan mencapai 500 basis poin dan dalam periode yang cukup lama.
Kondisi yang kerap dengan sebutan higher for longer itu berimbas kepada negara berkembang seperti Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut dia, suku bunga menjadi seperti vacuum cleaner yang menyedot modal-modal asing keluar dari negara berkembang.
“Modal cenderung keluar, karena suku bunga seperti menyedot kapital itu dari negara berkembang dan emerging, ini menyebabkan negara berkembang mengalami tekanan mata uang dan banyak kondisi fiskalnya tidak sehat,” kata dia.
Dia mengatakan dalam kondisi dunia yang tidak baik-baik ini membutuhkan konsolidasi yang kuat antar Kementerian dan lembaga di dalam negeri.
Menurutnya, AHY sebgai pemimpin Kementerian ATR/BPN dapat mengambil peran yang penting karena berkaitan langsung dengan investasi dan perekonomian.
“Saya yakin ini waktu yang penting untuk konsolidasi, saya diminta memaparkan kondisi perekonomian dan bagaimana APBN dapat mendukung berbagai kebijakan di bidang agraria dan tata ruang yang merupakan salah satu kunci dalam investasi, perekonomian dan keadilan masyarakat,” ujar Sri Mulyani.(*)
Halaman : 1 2