Potret almarhum Dandi Rusdamiansyah, mitra pengemudi Grab sekaligus mahasiswa yang telah lebih dari 7 tahun setia mengabdi di jalanan Makassar. Kepergiannya dalam tragedi kerusuhan meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, rekan sesama driver, dan komunitas besar Grab.
Kronologis Tewasnya Dandi
Informasi yang dihimpun dari lapangan menyebutkan bahwa Dandi menjadi korban pengeroyokan setelah dituding sebagai intel aparat di tengah kerumunan massa. Saat kerusuhan berlangsung di kawasan Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, situasi sangat kacau dan penuh kecurigaan. Massa yang sedang ricuh melihat gerak-gerik Dandi yang dianggap mencurigakan. Tanpa verifikasi, tuduhan itu langsung memicu amarah, hingga Dandi menjadi sasaran kekerasan brutal.
Dalam kondisi yang tidak terkendali, massa menyerang Dandi secara membabi buta. Ia tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan siapa dirinya sebenarnya. Padahal, Dandi hanyalah seorang mitra pengemudi Grab yang baru saja selesai mengantarkan pesanan. Tuduhan sepihak dan suasana mencekam malam itu membuat nyawanya melayang sia-sia.
Fadli, salah satu pejabat Pemkot Makassar, membenarkan informasi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Iya, dugaannya begitu, dikira intel. Tapi yang jelas, informasi yang kami terima, yang bersangkutan dikeroyok oleh massa saat kerusuhan di Urip,” ucapnya seperti yang dilansir dari Berita Kota Makasar
Pernyataan Fadli semakin menegaskan bahwa Dandi adalah korban salah sasaran di tengah situasi chaos. Dalam kondisi kerusuhan, emosi massa sulit dikendalikan sehingga muncul aksi main hakim sendiri. Akibatnya, seorang warga sipil tidak bersalah harus meregang nyawa hanya karena prasangka yang salah.
Tidak berhenti di situ, Fadli juga menjelaskan bahwa pihaknya segera turun tangan untuk membantu proses pemakaman Dandi. Pemerintah Kota Makassar berkoordinasi dengan keluarga korban, memberikan fasilitas berupa ambulans untuk membawa jenazah dari rumah duka ke pemakaman. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab moral sekaligus penghormatan terakhir bagi almarhum.
“Kami siapkan ambulans dari rumah duka ke pemakaman. Pemerintah Kota juga menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya korban.” tambah Fadli.
Akar Masalah: Dari Jakarta ke Makassar
Gelombang kemarahan publik bermula dari Jakarta, ketika Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, meregang nyawa akibat terlindas rantis polisi saat demonstrasi di depan DPR RI. Kematian Affan menjadi simbol ketidakadilan bagi banyak kalangan, terutama bagi komunitas pengemudi ojek online yang merasa suara mereka tidak didengar.
Kasus ini dengan cepat menyulut emosi publik di berbagai kota, termasuk Makassar, yang kemudian berujung pada aksi anarkis. Apa yang terjadi di Makassar menjadi bukti nyata bahwa ketidakpuasan sosial bisa meluas dan berubah menjadi kerusuhan massal jika tidak ditangani dengan bijak.
Dalam situasi yang penuh duka ini, komunitas pengemudi Grab menunjukkan solidaritas yang kuat. Banyak rekan-rekan Dandi memberikan dukungan moral dan materi kepada keluarga yang ditinggalkan.
Pihak Grab juga berkomitmen memberikan bantuan langsung berupa pendampingan hukum, dukungan psikologis, hingga bantuan finansial untuk keluarga korban. Langkah ini diharapkan dapat meringankan beban keluarga Dandi serta memberi ketenangan di tengah masa sulit.
Tragedi yang menimpa Makassar menjadi pengingat bahwa aksi massa yang tidak terkendali berpotensi menimbulkan korban jiwa yang tidak seharusnya terjadi. Kehilangan Dandi menjadi simbol pengorbanan pekerja jalanan yang setiap hari berjuang untuk keluarganya.
Kini, masyarakat, komunitas mitra pengemudi, hingga pemerintah dituntut untuk bergandengan tangan membangun solidaritas dan kedamaian. Duka yang mendalam ini hendaknya menjadi titik balik untuk menghadirkan ruang dialog yang lebih sehat di antara masyarakat dan pemangku kebijakan.
pengemudi setia yang telah lebih dari tujuh tahun mengabdi. Kepergian Dandi meninggalkan luka yang begitu dalam, bukan hanya bagi keluarganya, tetapi juga bagi ribuan rekan mitra pengemudi dan komunitas Grab di seluruh Indonesia.
Dandi bukan hanya sekadar mitra pengemudi. Ia adalah pejuang jalanan yang setiap hari bekerja keras demi menafkahi keluarga, sahabat bagi sesama rekan, dan bagian penting dari keluarga besar Grab. Kehilangan ini terasa begitu berat, apalagi terjadi di tengah situasi penuh gejolak akibat kerusuhan di Makassar, yang hingga kini masih menyisakan trauma mendalam bagi masyarakat. (*)