Korban Jiwa dalam Kerusuhan Makassar
Meninggalnya Dandi menambah jumlah korban jiwa menjadi empat orang. Sebelumnya, tiga korban lain yang telah dinyatakan meninggal dunia adalah:
-
Sarinawati (26) – pegawai staf DPRD Kota Makassar.
-
Akbar Basri alias Abay (26) – staf Humas DPRD Makassar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
-
Syaiful Akbar (43) – Kepala Seksi Kesra Kecamatan Ujung Tanah.
Ketiga korban sebelumnya tewas dalam kebakaran gedung DPRD Makassar yang dibakar massa. Kini, nama Dandi turut menambah panjang daftar duka dalam tragedi tersebut.
Pihak Grab dengan penuh rasa kehilangan menyampaikan pernyataan resmi yang menyentuh hati:
“Beliau bukan sekadar mitra pengemudi, tetapi pejuang jalanan yang setia, sahabat bagi sesama mitra, dan bagian dari keluarga besar Grab.”
Grab menegaskan bahwa mereka akan terus memberikan pendampingan penuh kepada keluarga almarhum Dandi. Tidak hanya itu, perusahaan juga menyampaikan doa bagi mitra pengemudi lain yang menjadi korban luka dalam aksi unjuk rasa nasional di Jakarta dan kota-kota lainnya.
“Kami sedang memberikan pendampingan langsung dan dukungan penuh kepada keluarga yang ditinggalkan. Kehilangan ini sungguh tragis, meninggalkan duka yang begitu dalam, bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi kami semua.”
Selain menimbulkan korban jiwa, kerusuhan di Makassar juga meninggalkan jejak kehancuran yang sangat besar. Bukan hanya nyawa yang melayang, tetapi juga kerugian material dalam jumlah besar yang membuat masyarakat dan pemerintah daerah harus menanggung beban berat.
Menurut data yang dihimpun, terdapat 67 unit kendaraan roda empat yang hangus terbakar. Mobil-mobil tersebut terdiri dari kendaraan pribadi milik pegawai DPRD, mobil dinas pejabat, serta beberapa mobil warga yang terparkir di sekitar lokasi. Api yang menjalar cepat akibat aksi pembakaran membuat kendaraan tersebut tidak dapat diselamatkan. Rangka besi dan sisa-sisa kendaraan yang gosong menjadi saksi bisu betapa parahnya kerusuhan malam itu.
Tidak hanya mobil, sebanyak 15 unit motor juga ikut dilalap api. Motor-motor yang pada awalnya digunakan masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari kini hanya menyisakan bangkai terbakar. Kehilangan ini tidak sekadar tentang benda, melainkan juga memengaruhi mobilitas dan kehidupan pemiliknya yang bergantung pada kendaraan tersebut untuk mencari nafkah.
Lebih jauh lagi, beberapa kendaraan dinas pejabat juga menjadi korban amukan massa. Kendaraan dinas yang seharusnya digunakan untuk menunjang pelayanan publik berubah menjadi abu. Hal ini menandakan bahwa kerusuhan telah melampaui batas protes damai dan menjelma menjadi aksi anarkis yang merugikan banyak pihak.
Kendaraan yang terbakar tidak hanya berasal dari kalangan pemerintah, melainkan juga milik warga sipil yang sama sekali tidak terlibat dalam aksi. Mereka menjadi korban karena kebetulan berada di sekitar lokasi kejadian. Bagi mereka, kehilangan kendaraan berarti kehilangan aset berharga yang dibeli dengan jerih payah bertahun-tahun.
Kerugian materi ini semakin memperparah luka psikologis masyarakat Makassar. Warga kini hidup dalam ketakutan, trauma, dan kekhawatiran akan terulangnya kerusuhan serupa. Setiap kali melintasi gedung DPRD yang hangus terbakar atau melihat sisa-sisa kendaraan yang gosong, masyarakat kembali diingatkan pada malam mencekam tersebut. Tidak sedikit warga yang mengaku masih diliputi rasa waswas untuk beraktivitas di sekitar pusat kota.