Scroll untuk baca artikel
Nasional

Investigasi Ompreng MBG, Benarkah Mengandung Minyak Babi?

×

Investigasi Ompreng MBG, Benarkah Mengandung Minyak Babi?

Sebarkan artikel ini
Ompreng MBG
Petugas laboratorium menguji sampel ompreng dari makanan bergizi gratis (MBG) di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Samarinda Ulu 2 di Samarinda, Kalimantan Timur, 27 Agustus 2025. Foto: Antara

Topikseru.com – Isu dugaan ompreng atau food tray program Makan Bergizi Gratis (MBG) mengandung minyak babi memicu kegelisahan publik. Banyak orang tua khawatir, apakah benar alat makan yang dipakai jutaan siswa itu tercemar bahan non-halal?

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana akhirnya angkat bicara. Dalam konferensi pers di Kantor BGN, Jakarta Pusat, Kamis (18/9), ia menegaskan sebagian besar food tray yang digunakan di program MBG adalah produksi dalam negeri.

“Untuk di dalam negeri, rata-rata menggunakan minyak nabati, artinya dari tumbuhan. Dan kita fokuskan food tray berbasis industri nasional. Untuk yang impor, kami sudah koordinasi dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) agar diberi cap halal,” kata Dadan.

Benarkah Ada Minyak di Dalam Ompreng MBG?

Menurut Dadan, isu minyak babi yang disebut-sebut ada dalam ompreng tidak berdasar. Ia menjelaskan, komponen utama ompreng adalah logam, salah satunya nikel. Minyak hanya digunakan dalam proses pencetakan, bukan sebagai lapisan dalam produk.

“Minyak itu digunakan saat stamping, supaya alat tidak panas dan mudah rusak. Setelah dicetak, ompreng akan dibersihkan dan direndam sehingga steril,” paparnya.

Artinya, klaim bahwa makanan siswa MBG terkontaminasi minyak babi melalui food tray tidak memiliki dasar ilmiah.

Kebutuhan 15 Juta Ompreng per Bulan

Program MBG, yang menargetkan seluruh siswa di Indonesia, ternyata membutuhkan pasokan ompreng dalam jumlah fantastis: 15 juta unit per bulan. Namun, industri dalam negeri baru bisa memproduksi sekitar 11,6 juta unit.

Sisanya, sekitar 4 juta unit, masih bergantung pada impor. Inilah yang kemudian menimbulkan isu, karena sebagian produk datang dari pabrikan China.