Scroll untuk baca artikel
Nasional

Ekosistem Batang Toru Rusak Parah Pemicu Banjir Bandar dan Longsor Terjang Sumatera

×

Ekosistem Batang Toru Rusak Parah Pemicu Banjir Bandar dan Longsor Terjang Sumatera

Sebarkan artikel ini
Ekosistem Batang Toru Rusak
banjir bandang dan longsor menimpa ekosistem Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Tapanuli Tengah (Tapteng) dan (Taput), di Sumatera Utara (Sumut), Senin-Selasa (24-25/11/25).

Topikseru.com – Terkait peristiwa banjir bandang dan longsor menimpa ekosistem Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Tapanuli Tengah (Tapteng) dan (Taput), di Sumatera Utara (Sumut), Senin-Selasa (24-25/11/25).

Berdasarkan data puluhan orang meninggal dunia di Tapsel dan empat orang di Tapsel, dan ratusan korban lainnya.

Kayu-kayu besar, bebatuan, dan lumpur menjadi material yang terbawa arus banjir, bencana pun makin menimbulkan banyak korban.

Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapsel bersama tim gabungan mengerahkan alat berat untuk membersihkan material longsor yang menutup sejumlah akses jalan warga.

Di Taput, 50 rumah terdampak dan dua jembatan terputus akibat bencana itu.

“BPBD dan tim gabungan melakukan pendataan serta merekomendasikan jalur alternatif Pangaribuan-Silantom sebagai akses jalan sementara,” katanya.

Laporan awal yang Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB himpun per Rabu, pukul 07.00, wilayah terdampak banjir meliputi Kelurahan Angin Nauli, Aek Muara Pinang, Aek Habil, Pasar Belakang, dan Pasar Baru.

Sedang tanah longsor, wilayah terdampak meliputi Kelurahan Angin Nauli, Simare-mare, Sibolga Hilir, Hutabarangan, Huta Tonga, Sibual-buali, Parombunan, Aek Mani, Pancuran Bambu, Pancuran Dewa, Pancuran Kerambil, Pasar Belakang, Pasar Baru dan Pancuran Gerobak.

Masinton Pasaribu, Bupati Tapteng, mengatakan, membentuk tim untuk membantu evakuasi warga yang menjadi korban. Juga, identifikasi lokasi yang rawan bencana dan telah terdampak banjir bandang serta longsor ini.

Tim gabungan TNI, Polri, tim SAR, dan BPBD sudah berada di lokasi untuk mengevakuasi warga serta memberikan pertolongan pertama dengan menempatkan tim medis di sekitar kejadian bencana untuk memberikan perawatan kepada para korban.

Beberapa langkah sudah pemerintah daerah siapkan. Antara lain jalur evakuasi jika banjir dan longsor kembali datang, tempat evakuasi, serta menyiapkan logistik makanan untuk warga terdampak.

Bukan hanya soal siklon tropis
Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan, Siklon Tropis Koto yang berkembang di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B yang terpantau di Selat Malaka jadi penyebab cuaca ekstrem yang menimpa Sumatera Utara, 25 November itu.

Baca Juga  BBM Langka di Medan, Gubernur Bobby Nasution: Tanker Terganggu Cuaca, 30 Truk BBM Dikirim dari Dumai

Kedua sistem ini memengaruhi peningkatan curah hujan dan angin kencang di wilayah itu.

Bibit Siklon 95B memengaruhi pembentukan awan konvektif yang meluas di atas Aceh hingga Sumatera Utara, hingga menyebabkan meningkatnya curah hujan ekstrem.

Siklon Tropis Koto, melalui pola belokan angin dan penarikan massa udara basah (inflow) ke pusat siklon meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah barat Indonesia.

Bibit Siklon 95B berisiko memicu hujan sedang hingga lebat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau, serta angin kencang di Aceh dan Sumatera Utara.

Kondisi ini juga berdampak pada gelombang tinggi 1,25–2,5 meter di Selat Malaka bagian utara dan sejumlah perairan di Riau. Serta gelombang 2,5–4,0 meter di Selat Malaka bagian tengah, perairan timur Sumatera Utara, dan Samudra Hindia barat Aceh hingga Nias.

Siklon Tropis Koto juga berpotensi menyebabkan hujan sedang hingga lebat di Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau, serta gelombang tinggi 1,25–2,5 meter di perairan Sangihe–Talaud, Laut Sulawesi, Laut Maluku, perairan Halmahera, Papua Barat Daya hingga Papua, dan Samudra Pasifik utara Maluku–Papua.

Masinton Pasaribu bilang, banjir bandang dan longsor terjadi karena perambahan atau alih fungsi hutan menjadi sawit, serta illegal logging. Air yang melimpah karena curah hujan tinggi tidak bisa lagi tertahan secara alami di bagian hulu.

Dia pun akan mengidentifikasi wilayah-wilayah dengan hutan rusak karena aksi itu.

“Akan ada tindakan tegas terhadap pelaku perambah atau perusakan. Saya segera laporkan ke presiden terkait alih fungsi hutan menjadi kebun sawit dan perambahan ini supaya ada tindakan tegas,” katanya.

Jaka Kelana Damanik, Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Sumut, mengatakan, bencana di wilayah ini kerap terjadi setiap tahun saat musim hujan.

Dari dokumen kajian risiko bencana nasional Sumut tahun 2022-2026, wilayah yang terkena banjir bandang dan tanah longsor tersebut masuk kategori risiko tinggi bencana banjir bandang dan tanah longsor.

“Hal ini seharusnya menjadi acuan penting pembuat kebijakan di seluruh wilayah kabupaten dan kota, untuk mampu menerapkan kebijakan yang meminimalisir dampak dari bencana dan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap lingkungan,” katanya.