Scroll untuk baca artikel
Nasional

DPR Kritisi Kinerja Pertamina Soal Kelangkaan BBM di Sumut, Minta Direksi Dievaluasi

×

DPR Kritisi Kinerja Pertamina Soal Kelangkaan BBM di Sumut, Minta Direksi Dievaluasi

Sebarkan artikel ini
Kelangkaan BBM di Sumut
Antrean panjang SPBU Sumatera Utara pasca bencana

Topikseru.com – Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah wilayah Sumatera Utara kembali menjadi sorotan. Anggota Komisi VII DPR RI, Bane Raja Manalu, menilai Pertamina belum menunjukkan kinerja maksimal dalam memastikan pasokan energi pascabencana yang melanda sejumlah daerah dalam dua pekan terakhir.

Menurut Bane, hingga kini antrean panjang di SPBU masih terjadi dan menghambat distribusi bantuan ke wilayah terdampak. Kondisi itu, kata dia, menandakan penanganan yang belum terkoordinasi dengan baik.

“Sudah dua pekan sejak bencana terjadi, tetapi masalah kelangkaan BBM belum juga teratasi. Distribusi logistik untuk korban bencana tersendat, aktivitas masyarakat ikut lumpuh,” ujar Bane dalam keterangan tertulis, Senin (8/12/2025).

BBM Jadi Faktor Kunci Pemulihan Pascabencana

Bane menegaskan bahwa ketersediaan BBM adalah prasyarat utama mempercepat pemulihan di lapangan. Dia meminta Pertamina mengambil langkah non-standar untuk memenuhi kebutuhan energi, terlebih jelang momen Natal dan Tahun Baru (Nataru), saat konsumsi energi umumnya meningkat tajam.

Baca Juga  Pertamina Patra Niaga Sumbagut Sukses Jamin Distribusi Energi di Sumut

“Kalau jalur darat sulit, gunakan jalur laut. Kalau laut terkendala, tempuh jalur udara. Situasi ini bukan kondisi normal, perlu kerja ekstra,” tegasnya.

Dia menekankan bahwa Pertamina harus mampu memastikan suplai BBM tetap stabil, terutama pada wilayah yang terdampak bencana dan terputus aksesnya.

Harga BBM Eceran Melonjak Dua Kali Lipat

Krisis BBM ini berimbas pada kenaikan harga di tingkat pengecer. Di Kabupaten Dairi dan Kota Pematangsiantar, masyarakat mengaku kesulitan mendapatkan BBM dengan harga wajar.

Harga pertalite dilaporkan menembus Rp 20.000 – Rp 25.000 per liter, sementara solar mencapai Rp 12.000 – Rp15.000 per liter.