Scroll untuk baca artikel
Nasional

Menhut Sebut 20,6 Juta Hektare Cadangan Pangan dan Energi Bukan dengan Membuka Hutan

×

Menhut Sebut 20,6 Juta Hektare Cadangan Pangan dan Energi Bukan dengan Membuka Hutan

Sebarkan artikel ini
Hutan Cadangan Pangan
Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni ditemui awak media seusai Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (23/1/2025). Foto: Antara/Harianto

“Saya tegaskan kembali, di areal 20,6 juta hektare ini, tidak dengan membuka hutan atau deforestasi, melainkan diharapkan justru menyempurnakan pola food estate yang pada saat ini sedang digulirkan oleh pemerintah,” kata Raja Juli Antoni.

Dia menjelaskan dengan melakukan agroforestri atau pola tumpang sari, sehingga tidak mengorbankan hutan, tetapi justru mengoptimalkan fungsi hutan.

Agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan yang mengintegrasikan pohon-pohon dengan tanaman pertanian atau peternakan di dalam satu unit pengelolaan yang sama.

Tujuan utama agroforestri adalah untuk meningkatkan keberlanjutan produksi pertanian, meningkatkan biodiversitas, dan mengurangi erosi tanah.

“Dengan pola agroforestri atau tumpang sari dalam satu hamparan, selain ditanam tanaman pokok atau pohon dengan jenis MPTF atau Multipurpose Tree Species, dan tanaman buah-buahan, dapat juga ditanami tanaman musim seperti padi gogo dan jagung,” kata Antoni.

Baca Juga  Ombudsman Sumut Pasang Patok Lahan di Kawasan Hutan Lindung yang Diserobot Perusahaan Tambak

Menurutnya, dengan sistem itu, pemerintah ingin mendorong agar mencapai swasembada pangan, seperti contohnya jika dilakukan pola tumpang sari untuk penanaman padi di 1 juta hektare lahan akan menghasilkan 3,5 juta ton beras setara dengan jumlah impor Indonesia, dan 1,5 juta ton jagung.

“Jumkah impor padi atau beras pada tahun 2023 sekitar 3,5 juta ton. Kalau seandainya mampu dimaksimalkan fungsi hutan dengan hutan cadangan pangan energi dan industri, dengan memproduksi 1 hektare, dapat memproduksi 3,5 ton beras,” kata Antoni.

“Jadi kalau kita tanam menggunakan lahan kehutanan seluas 1 juta hektare, maka tidak perlu impor lagi karena sudah bisa menutupi kekurangan 3,5 juta ton beras tersebut,” pungkasnya.