Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Brankas Sahroni Dibobol Massa: Uang Dolar Singapura Pecahan 1.000 Disebar

×

Brankas Sahroni Dibobol Massa: Uang Dolar Singapura Pecahan 1.000 Disebar

Sebarkan artikel ini
Sahroni
warga menggeruduk rumah anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Fraksi NasDem, Ahmad Sahroni.

“Apakah dengan membubarkan DPR emang meyakinkan masyarakat bisa menjalani proses pemerintahan sekarang ini, belum tentu,” ujar Sahroni usai kunjungan kerja di Sumatera Utara, Jumat, 22 Agustus 2025.

Ia menambahkan kritik sah-sah saja, namun meminta agar tidak sampai mencaci maki. Pernyataan tersebut kemudian ramai diperbincangkan di media sosial X dan menjadikan nama Ahmad Sahroni trending.

Sahroni kemudian mengunggah satu foto di akun Instagram pribadinya @ahmadsahroni88. Foto yang diunggah menampilkan gambar sosok pria mengenakan topeng anonim dengan teks narasi.

“Makin banyak orang tolol yang bangga akan ketololannya.”

Dari video yang beredar di media sosial, terlihat kerumunan massa mengambil uang dari dalam rumah dan menyebarkannya ke jalan.

Foto yang beredar menunjukkan uang tersebut berupa dolar Singapura pecahan 1.000.

Baca Juga  Rumah Sahroni Diserbu Massa: Mobil Mewah Merek Lexus Milik Sahroni Hancur Lebur Dirusak Warga Yang Geram!

Tak hanya uang, sejumlah barang elektronik seperti kulkas, televisi, AC, dan kipas angin ikut dibawa.

Beberapa warga juga terlihat menenteng pakaian hingga mainan mewah milik keluarga Sahroni.

Sekadar informasi, Ahmad Sahroni, yang juga anggota Komisi I DPR itu belakangan menjadi sorotan publik setelah melontarkan pernyataan keras terhadap pihak yang menyerukan pembubaran DPR.

Dalam pernyataan yang viral, ia menyebut orang-orang yang menghendaki pembubaran DPR sebagai “paling tolol sedunia”.

Pernyataan kontroversial tersebut muncul di tengah ramainya wacana pembubaran DPR di media sosial serta aksi demonstrasi di Jakarta pada akhir Agustus 2025.

Wacana ini dipicu kritik terhadap kinerja dewan, khususnya menyangkut gaji dan tunjangan anggota DPR yang dinilai terlalu besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *