Topikseru.com – Lagi dan lagi, kasus keracunan massal dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi.
Kali ini, ratusan siswa di Kabupaten Bandung Barat menjadi korban dari program yang merupakan kebanggaan Presiden Prabowo Subianto ini.
Program MBG, yang digadang-gadang sebagai salah satu kebijakan unggulan Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan gizi anak bangsa, justru kembali menimbulkan polemik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hingga Senin malam (22/9/2025) pukul 23.56 WIB, tercatat sementara sebanyak 301 siswa menjadi korban keracunan makanan.
Para korban berasal dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD, MTs, SMP, hingga SMK. Namun jumlah ini terus bertambah dan mencapai 369 siswa pada hari berikutnya, Selasa (23/9/2025).
Ratusan Korban Dirawat di Berbagai Fasilitas Kesehatan
Skala keracunan massal yang menimpa para siswa di Kabupaten Bandung Barat kali ini tergolong sangat besar dan mengejutkan banyak pihak.
Dengan jumlah korban mencapai ratusan, penanganan medis harus dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan yang tersebar di beberapa lokasi.
Kondisi darurat tersebut memaksa pemerintah daerah dan tenaga medis bekerja ekstra keras demi menyelamatkan para korban yang sebagian besar masih berusia anak-anak dan remaja.
Berdasarkan data sementara yang dihimpun hingga Senin (22/9/2025) malam, distribusi korban keracunan adalah sebagai berikut:
-
116 siswa dirawat di Puskesmas Cipongkor
Puskesmas ini menjadi lokasi dengan jumlah pasien terbanyak setelah posko darurat. Ruang perawatan penuh sesak oleh siswa yang mengalami mual, muntah, hingga sesak napas. Beberapa dari mereka harus ditangani dengan infus dan oksigen. Tenaga medis yang terbatas membuat sebagian orang tua ikut membantu menjaga anak-anak mereka. -
13 siswa ditangani di bidan desa Sirnagalih
Meskipun jumlah korban di sini tidak sebanyak di lokasi lain, keterbatasan fasilitas membuat penanganan menjadi tantangan tersendiri. Bidan desa terpaksa menggunakan obat-obatan seadanya sebelum korban dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. -
27 siswa dilarikan ke RSUD Cililin
RSUD Cililin menjadi salah satu rujukan utama karena memiliki fasilitas lebih lengkap dibandingkan puskesmas. Siswa dengan gejala lebih berat, seperti dehidrasi parah atau muntah terus-menerus, langsung dirawat di sini. Sejumlah orang tua mengaku panik karena anak mereka harus mendapat perawatan intensif di ruang gawat darurat. -
127 siswa ditampung di Posko Kecamatan Cipongkor
Posko darurat yang dibangun di kantor kecamatan sekaligus GOR Cipongkor menjadi pusat evakuasi terbesar. Ratusan siswa terbaring lemas di atas tikar darurat, sementara tenaga medis sibuk melakukan pemeriksaan satu per satu. Banyak relawan, termasuk anggota PMI dan masyarakat, ikut membantu memberikan pertolongan. Suasana di posko begitu memprihatinkan dengan tangisan anak-anak yang kesakitan bercampur panik orang tua. -
18 siswa mendapat perawatan di RSIA Anugrah
RSIA ini juga ikut membantu menampung korban, terutama siswa perempuan yang memerlukan penanganan lebih cepat. Meski kapasitas rumah sakit terbatas, para tenaga medis berupaya semaksimal mungkin agar semua pasien mendapat layanan optimal.
Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Hendra Rochmawan, menyatakan bahwa koordinasi antarinstansi berjalan ketat agar seluruh korban tertangani dengan baik:
“Kami melihat situasi di lapangan sangat darurat. Banyak anak-anak yang terbaring lemas, bahkan beberapa harus menggunakan oksigen. Penanganan medis disiapkan di berbagai titik untuk menghindari penumpukan pasien di satu tempat. Kami terus memantau agar semua korban mendapat layanan kesehatan sesuai kebutuhan,” ucapnya seperti yang dilansir dari kompasdotcom
Situasi ini juga memperlihatkan betapa rentannya sistem pelayanan darurat saat menghadapi kasus keracunan massal. Fasilitas kesehatan kewalahan menampung pasien, sementara tenaga medis harus bekerja tanpa henti.
Halaman : 1 2 Selanjutnya