Daging Ayam Diduga Jadi Penyebab Utama Keracunan MBG
Berdasarkan investigasi awal, daging ayam dalam menu MBG diduga kuat sebagai sumber keracunan. Menu yang disajikan saat itu berupa nasi, ayam kecap, tahu, sayur, dan buah.
“Yang makan tahu dan nasi tidak menunjukkan gejala. Tetapi mereka yang memakan daging ayam mengalami keluhan mual, pusing, hingga muntah. Daging ayam saat diperiksa sudah berbau busuk, ada bercak hitam, bahkan sebagian masih ada bulu,” ucapKepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah
Gejala yang dialami siswa relatif sama, mulai dari mual, muntah, pusing, sakit perut, hingga sesak napas. Beberapa siswa bahkan harus mendapat oksigen tambahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu korban, Salwa (17), siswi kelas XII SMK PBB, menuturkan ia menyantap ayam kecap.
“Menunya ayam kecap, tahu, dan sepotong melon. Tapi di kulit ayamnya masih ada bulu. Awalnya biasa saja, tapi sekitar pukul 3 sore saya mulai pusing, mual, dan muntah hingga harus dibawa ke posko,” ucap Salwa
Kasus ini tidak hanya menimpa satu sekolah saja. Mayoritas korban memang berasal dari SMK Pembangunan Bandung Barat (PBB), namun gejala juga dilaporkan dari sekolah lain seperti Darul Fiqri MA, SMP IT, SD, bahkan PAUD.
Ketua Yayasan SMK PBB, Erik Zainudin, membenarkan ada 54 siswanya yang terdampak keracunan.
“Awalnya laporan masuk sekitar pukul 13.30 WIB, ada 15 siswa keracunan. Ternyata terus bertambah hingga 54 siswa. Dari keterangan anak-anak, ayam yang disajikan sudah basi, asam, dan warnanya agak berbeda,” ungkap Erik.
Seorang ibu bernama Adah (46), warga Cipongkor, juga membagikan pengalaman anaknya yang masih duduk di bangku SD:
“Anak saya makan di sekolah, tapi sampai rumah langsung mual, pusing, dan muntah-muntah. Badannya dingin tapi panas. Saya sempat bawa ke bidan, tapi gejalanya makin parah.”
Bupati Bandung Barat Tetapkan Status KLB
Menanggapi kasus ini, Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail langsung menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Kami menetapkan KLB agar penanganan lebih cepat dan menyeluruh. Saat ini dapur MBG di Cipongkor ditutup sementara untuk investigasi, karena standardisasi dan perizinannya harus benar-benar dicek,” kata Jeje.
Jeje juga mengungkapkan fakta mencengangkan, bahwa dari 85 dapur MBG di Cipongkor, seluruhnya belum memiliki sertifikasi kesehatan resmi. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana kualitas makanan bisa dijamin.
Kasus keracunan massal ini memicu gelombang kritik terhadap program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Program yang awalnya diluncurkan untuk meningkatkan gizi anak bangsa justru berulang kali memicu masalah kesehatan serius.
Beberapa poin krusial yang perlu dievaluasi adalah:
-
Kelayakan Bahan Baku
Daging, sayuran, dan buah yang digunakan harus melalui uji kelayakan dan pemeriksaan kualitas secara ketat. Bahan yang mendekati kedaluwarsa tidak boleh digunakan. -
Standar Higienitas Dapur
Setiap dapur penyedia MBG wajib memiliki sertifikasi layak sehat. Tanpa sertifikasi, kualitas makanan tidak bisa dijamin. -
Distribusi dengan Rantai Dingin
Daging dan sayuran harus disimpan dengan sistem rantai dingin agar tidak mudah busuk sebelum dimasak dan didistribusikan. -
Pengawasan Independen
Perlu adanya pengawasan dari pihak ketiga untuk memastikan kualitas makanan, mulai dari dapur hingga distribusi. -
Transparansi Anggaran
Penggunaan dana MBG harus transparan. Jangan sampai kualitas makanan dikorbankan demi menekan biaya.
Data Terbaru: 369 Korban, 257 Sudah Pulih
Hingga Selasa (23/9/2025), data resmi menunjukkan 369 siswa terpapar keracunan MBG di Cipongkor. Dari jumlah tersebut, 257 siswa telah membaik dan dipulangkan, sementara sisanya masih menjalani perawatan intensif.
“Kami akan mendalami sumber makanan yang menjadi penyebab keracunan. Investigasi dapur MBG sedang dilakukan untuk memastikan kejadian ini tidak terulang,” ucap Kombes Hendra Rochmawan
Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa program sebesar MBG tidak boleh hanya menjadi pencitraan politik tanpa pengawasan ketat. (*)
Halaman : 1 2